Selasa, 10 Maret 2009

-24- Night's Conversation

Agak lucu rasanya ketika mengingat2 percakapan di suatu malam antara aku dengan seorang teman yang bekerja sebagai PNS Pemda, aku memanggilnya Yuk Suzan. Waktu itu yang kami bahas adalah tentang ransel dan sepatu tanpa hak yang sering aku dan Yuk Meli (rekan sekantorku) pakai ke kantor. Yuk Suzan menertawakan kebiasaan kami yang membawa2 ransel ke kantor, juga kebiasaan menggunakan sepatu tanpa heels. Kebiasaan yang menurutku biasa, tapi menjadi lucu dan aneh menurutnya.

Yuk Suzan bilang, jika aku dan Yuk Meli adalah PNS Pemda dan berpenampilan seperti itu, maka kami akan menuai tertawaan dari banyak orang. Hmm, segitunya kah? Hu um... Menurutnya, aneh kalau berangkat ke kantor pake ransel, kaya anak sekolahan aja. Aku berkilah, "Apanya yang aneh, biasa aja kok, lagian aku kan sering bawa laptop...". Lalu Yuk Suzan kembali membantah, "Di kantorku juga ada yang bawa laptop, tapi pake tas laptop, bukan ransel, dan tas cewe juga tetep pake...". Kyaaaa, repot amat buk. Kalau dengan satu tas saja cukup, kenapa mesti repot2 bawa dua tas sekaligus.

Lalu tentang sepatu teplek. Memang siy sepatu high heels itu akan membuat pemakainya terlihat lebih elegan. Tapi kenapa kebanyakan cewe2 memakai high heels dari rumah, lalu berganti sandal ketika dah sampe kantor, atau sebaliknya. Artinya kan gak nyaman. Jadi yah, mending pake yang nyaman2 aja lah, hehe...

Pokok bahasan yang lain adalah tentang seragam. Di kantorku yang pegawainya cuma 5 orang dan notabene satker vertikal, masalah seragam tidak terlalu diperhatikan. Liat aja aku, sudah hampir setahun kerja, punya seragam cuma 1, seragam kebesaran instansiku, abu-abu. Itupun baru dipakai sekali, karena terpaksa. Hihi, kalau dipikir2 memang keterlaluan. Kalo kaya gini siy, gak heran kalau ada yang mikir bahwa kami, yang masih imut ini hanyalah anak2 yang lagi magang di kantor.

Jadi ingat cerita Yuk Meli dulu. Yuk Meli yang 1 tahun di atasku itu pernah diminta menghadiri rapat antar instansi, mewakili kepala kantor yang berhalangan. Ketika melihatnya, Si Pengundang memandang dengan wajah seolah2 berkata, "Anak kecil gini, yakin ngerti?!" Hihi...

Begitulah... Aku sebenarnya tidak pernah membenarkan kebiasaanku yang cuek dalam berpenampilan ke kantor. Meskipun kadang egoku berprinsip, selama kerjaanku beres, kenapa mesti repot... Lagian, kalo cute mah mau gimana juga tetep cute (wachaaaa.... narsis :D). Kadangkala egoku yang lain membenarkan bahwa penampilan itu penting, memang bukan yang utama, tapi yang pertama. Konsekuensi menjadi civil servant seharusnya bisa berpenampilan formal di kantor. Dan resiko menjadi PeEnEs adalah kalo mau 'dianggap', penampilan juga harus mendukung.

Hhhh... Kupandangi sepatu2 high heels yang teronggok manis jarang digunakan, juga tas cewe yang kadangkala memanggil2 minta dipake. Tenang saja, aku tidak pernah lupa akan kalian...

But wait... aku masih sering heran melihat pegawai2 cewe (di sini) yang ke kantor gak bawa apapun, atau bawa tas mungil yang hanya muat diisi dompet, hape, bedak, n lipstik. Mau kerja atau mejeng buk?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar