Rabu, 30 September 2009

-57- Cerita Gempa Sumbar

Setelah puas ngobrol via telepon dengan Umminya Daffa, aku melirik jam, hampir magrib. Hmm, motorku masih di teras kost, mesti dibawa masuk ne, begitu pikirku. Aku keluar. Baru saja jariku menyentuh stang motor, orang2 di sekitar rumah teriak, "Gempa..gempa..". Ibu kost tergopoh2 keluar rumah. Cucunya ibu kost yang baru kelas 4 SD dan sedang mandi pun berlari keluar masih dengan berbasah2 ria. Kami bertiga menunggu dengan was2 di teras rumah.

Sejenak dua jenak berlalu, goyangan bumi tak jua berhenti. O ow, ternyata gempa lumayan lama. Bumi berayun, mampu membuatku merasa pusing. Rupanya begini rasanya gempa. Setelah satu tahun lebih aku bertugas di bumi raflesia, baru kali ini aku benar2 bisa merasakan yg namanya gempa.

Beberapa menit berlalu, bumi tak lagi berayun. Namun nyatanya, sampai tulisan ini aku buat pun aku masih merasa diayun2. Itulah sugesti, dan memang benar kata ibu kostku, ketika sudah gempa sekali, maka setelahnya akan serasa gempa berkepanjangan.

7,6 SR di Sumatera Barat. Aku benar2 gak bisa membayangkan kepanikan di pusat gempa. Bangunan hancur, rumah bak kapal pecah, sanak saudara menghilang, dan yg pasti adalah trauma. Pikiranku lalu dipenuhi andai2.

Bagaimana seandainya gempa terjadi di sini. Semuanya luluh lantak, sanggupkah aku? Bagaimana seandainya gempa terjadi sementara aku sedang berada di kamar mandi? Gak kebayang degh. Aku teringat cucu ibu kost tadi dan cerita beberapa orang dengan pakaian seadanya ketika bencana terjadi. Wah wah...

Dan gempa kali ini pun menyisakan cerita. Seorang muslimah yg panik karena bumi berayun, keluar rumah dengan hanya mengenakan baju tanpa lengan dan celana pendek. Lalu tanpa diduga2 ia bertemu laki2 teman kantornya yang dengan sangat kebetulan lewat di situ. Betapa malunya. (Hehe, ceritanya diposting gak, Fren? ^^)

Pengalaman seorang teman tersebut menjadi pelajaran nyata buatku. Aku berkaca lalu menyimpulkan. Sepertinya kebiasaan menggunakan pakaian2 serba minimalis, meskipun di kamar sendiri sekalipun harus mulai dikurangi. Bukankah bencana tak mengenal waktu dan tempat...

*Teruntuk saudara2ku di Sumbar, semoga kita termasuk hambaNya yg sabar...

Selasa, 29 September 2009

-56- Hanya Karena Selembar Jilbab

Aku belum menyerah. Kembali kubongkar satu per satu lembaran2 jilbab yang tersusun rapi pada rak pakaianku. Kali ini benar2 teliti, tidak seinci pun kulewati tanpa sorotan tajam mataku. Tetap saja ia tak kutemukan. Aneh, benar2 aneh...

Belum puas membongkar tumpukan jilbab2 segiempat itu, aku beralih menuju tumpukan2 di sebelahnya. Nihil, tetap tak ada. Kok susah sih mencari selembar jilbab saja. Selembar jilbab segiempat berbahan paris warna coklat tua dan ditaburi sedikit payet. Lalu saat itu juga aku langsung merasa bahwa jilbab itu adalah jilbab yang paling kusuka dibanding yang lain. Dasar manusia...

Aku kesal sekaligus gak habis pikir. Aku sangat yakin sebelumnya, jilbab itu ada di tumpukan bersama jilbab2 lain. Namun kenapa setelah kutinggal mudik dia gak ada lagi. Kemana dia? Dikemanakan dia? Oleh siapa?

Pikiranku dipenuhi prasangka2 buruk. Aku benci dengan prasangka ini. Namun tak bisa kupungkiri aku kecewa. Bukan jilbab yang lenyap yang aku sesalkan. Aku kecewa karena kepercayaanku untuk meninggalkan kunci kamar telah dirusak oleh oknum yang aku sendiri gak tahu siapa. Ya Allah, jauhkanlah aku dari prasangka buruk. Hanya selembar jilbab, Wee sayang...

Gak ada teman berkeluh kesah, akhirnya kuungkapkan kekesalan pada ibuku tersayang. Seperti biasa, kata2 ibu dipenuhi nasehat2. Beliau memintaku mencari lagi dengan lebih teliti dan jangan berburuk sangka. Aku kekeuh merasa sudah sangat teliti mencari. Lalu ibu bilang, "Ya sudah, klo memang gak ada ikhlasin aja. Ambil pelajarannya, lain kali lebih hati2. Insya Allah semua ada hikmahnya". Masih dengan kesal aku menimpali, "Apa hikmahnya?". Beliau menjawab, "Ya siapa tahu yg tadinya belum pake jilbab jadi tergerak untuk berjilbab". Aku terdiam.

Sigh... Hanya karena selembar jilbab aku kesal dan dipenuhi prasangka buruk. Alhamdulillah Allah menganugerahi aku seorang ibu yang bijak. I really luv u Mom...