Minggu, 22 November 2009

-61- 24 Years Old So Far

Apa istimewanya sebuah tanggal lahir? Sering otakku menjawab, ahh... sekedar tanggal yang harus dicantumkan setiap kali aku mengisi biodata standar. Benarkah cuma itu Wee? Benarkah tak ada hal yang istimewa? Jika memang begitu adanya, maka sebenarnya apa yang sedang kau harapkan pada tanggal itu? Tanggal yang hanya berlangsung 24 jam saja dalam setahun.

Baiklah, kuakui aku sedang membohongi diri sendiri. Kenyataannya aku adalah perempuan. Makhluk yang mau tidak mau telah lebih banyak menggunakan rasa dalam mengukur sesuatu. Kenyataannya aku bahkan tak pernah lupa jika kalender sudah menunjukkan tanggal 22 November, tanggal yang menandakan bertambahnya nominal usiaku. Tanggal yang menyedihkan. Yang akan membuatku terluka jika tak ada ucapan Selamat Ulang Tahun yang sempat mampir.

Hari ini lagi2 nominal umurku bertambah. Dua puluh empat tahun. Rela atau tidak rela harus kuakui bahwa usiaku menunjukkan bahwa aku adalah seorang perempuan dewasa, bukan ABG atau anak kemarin sore yang masih bertahan dengan prinsip sok lugu (lucu lucu dungu :D). Bukan remaja yang ketawa ketiwi di jalanan menikmati hidup di bawah tiang finansial orang tua. Bukan mahasiswa yang hendak bermain cinta di sela2 jadwal kuliah. I am an adult woman and I should live with it’s properties.

Dua puluh empat tahun, bilangan yang terlihat mengerikan di mataku. Ibarat tengah menyusuri lorong panjang yang terbentang kegelapan di hadapannya. Aku tak bisa melihat ke depan, hanya ke belakang yang aku bisa. Aku bisa melihat apa saja yang telah aku lewati tanpa aku bisa kembali untuk memunguti benda2 yang berceceran. Aku berbalik, menoleh ke belakang, lalu aku terbelalak. Ternyata lorong yang telah kulalui itu sangat panjang dan berliku. Entah berapa banyak harta benda yang tak sempat kupunguti selama aku melewatinya. Lalu aku menggigil, ngeri membayangkan sebuah pertanyaan, "Sudah kau apakan saja 24 tahun hidupmu itu?"

Empat tahun yang lalu masih kujalani hari2 dengan status mahasiswa tercetak pada KTP-ku. Delapan tahun yang lalu seragam putih abu2 masih menghiasi hari2 indahku. Sepuluh tahun yang lalu aku masih mengenakan dasi silang sebagai pelengkap kostum putih biru itu. Tiga belas tahun yang lalu aku tergila2 dengan cerita Merpati Putih-nya Enyd Blyton. Dan lima belas tahun yang lalu setiap Kamis siang aku masih setia menunggu terdengarnya lonceng sepeda Bapak Tukang Majalah yang membawakan majalah Bobo kesayanganku, berebut dengan kakak dan adikku untuk menjadi orang pertama yang membaca majalah itu. Semuanya berlangsung bertahun2 yang lalu. Bertahun2 yang seolah2 baru berlangsung kemarin saja.

Tahun ini adalah tahun ke sembilan sejak pergantian milenium yang dulu gemanya sangat hebat. Dan di tahun ini usiaku bertambah, tepat di hari ini, Minggu 22 November 2009. Selamat Ulang Tahun, Wee. Jatah hidupmu telah berkurang sebanyak 24 tahun, namun engkau tak dapat menghitung sisanya. Tinggalkan saja kemarinmu dan beranjaklah menuju esokmu...

Minggu, 01 November 2009

-60- Packaging itu PERLU – Sebuah Coretan Masa Lalu

Adalah sebuah artikel yang diceritakan oleh seorang teman. Judulnya... entahlah aku sedikit lupa. Yang jelas, artikel itu ditulis oleh seorang ikhwan. Isinya menyatakan bahwa dari sekian banyak perbincangan dengan teman-temannya sesama ikhwan, sebagian besar (bahkan hampir keseluruhan) pengen punya istri cantik. Yah, intinya yang enak dipandang mata lah. Lalu, aku dan temanku tadi membahas isi artikel itu.

Adalah seorang temanku yang notabene akhwat. Kata orang-orang seh, "akhwat tingkat tinggi". Hmm, jujur saja aku gak suka dengan klasifikasi seperti itu. Si akhwat ini menurutku kadang-kadang terlalu negative thinking. Dia bilang, semua cowo, bahkan yang labelnya ikhwan sekalipun, kalo ngeliat cewe pasti phisically banget. Akhirnya, lumayan lama juga waktuku habis buat ngebahas hal ini dan ngedengerin argumen-argumennya.

Suatu waktu, iseng mengisi waktu sambil memenuhi hobi browsing, aku chat dengan seseorang yang katanya seh ikhwan. Waktu itu kita join di suatu room islam. Baru sebentar chat, eh... tuh cowo atau ikhwan atau apalah namanya, langsung nanya gini: "Kamu cantik dan seksi gak?" Aku agak sedikit bingung dan ilfil dengan pertanyaan to the point seperti itu. Lalu aku jawab: "Ngapain loe pake nanya2 gw cantik n seksi segala gak?" Dia menjawab: "Yah, aku pengen punya cewe cantik n seksi supaya gak selingkuh sampai setelah nikah nanti." GUBRAKSSSS

Dari ketiga skenario di atas, sekarang aku ingin membahas mengenai 'penampilan', atau kalo untuk barang tuh disebut... 'packaging' kali ye. Eh, skenario sama bahasannya nyambung gak ya!? Asumsikan saja IYA.

Kesimpulan sementara adalah... kebanyakan cewe beranggapan bahwa pada umumnya cowo menyukai cewe yang packagingnya bagus, dan sebagian besar cowo memang membuat anggapan para cewe tersebut benar. Nah, yang akan aku bahas adalah lebih ke sisi cewe (secara... gw kan cewe, uups!). But, ini cuma pendapatku, alias menurutku. Mungkin gak semua cewe setuju dengan pernyataan ini. Atau bahkan, cowo pun bisa jadi tidak setuju. Whatever it is lah... Okeh, let's start aja ya!

Menurutku, adalah wajar jikalau cowo menyukai cewe yang phisically bagus. Terdapat keindahan di mata cowo atas diri seorang cewe. Itulah kenapa cowo bisa berpasangan dengan cewe. Kalo gak gitu berarti homo donk! - Nah, keindahan itu ada yang tampak dan ada yang tidak. Bagi cewe, keindahan itu adalah aset. Aset yang tangible dan intangible. Lalu, mana yang akan lebih terlihat, yang tampak atau yang tidak tampak? Sepertinya kita semua sepakat bahwa yang tampaklah yang akan lebih terlihat.

Cinta pada pandangan pertama memang bukan basa-basi. Menurut survey, seseorang membuat penilaian fisik tentang orang lain pada 10 detik pertama. Empat menit selanjutnya, orang akan membuat penilaian tentang hal-hal lainnya. (detik.com)

Ketika cowo dan cewe pertama kali bertemu (baik sebelumnya sudah ataupun belum kenal), maka di 10 detik pertama sang cowo akan menilai cewe secara fisik, sedang cewe menilai cowo. Selanjutnya (gak harus 4 menit), baru si cowo membuat penilaian yang lain, entah itu dari cara bicara, cara tertawa, cara duduk, cara berjalan, ataupun bagaimana isi otak dari sang cewe. Cewe juga akan melakukan hal yang sama.

Sekarang aku akan sok menelaah:

10 DETIK PERTAMA

Cowo: "Wuih... keren banget ni cewe! Cantik, modis, tinggi, putih, busananya serasi lagi. Enggak ngebosenin banget deh diliat... Nilainya 8."
Cewe: "Hmm, cowo ini cakep juga. Bodi atletis, tampang kiyut, rapi lagi... Nilainya 8 deh."

SETELAH LEWAT 10 DETIK (cowo dan cewe ngobrol)

Faktanya: cewe tersebut gak terlalu ngenakin lah (sori, aku bingung diksinya) bagi si cowo. Trus, cowo itu bagi si cewe kok sok banget ya...
Cowo: "Agak-agak gak asik juga neh cewe. Cakep seh cakep... Nilainya jadi 7 ahh."
Cewe: "Ngebetein banget seh, neh cowo. Udah sok... sombong lagi. Biar cakep gimana juga. Nilainya jadi 5."

Hehe, meskipun telaahanku belum tentu benar 100%, tapi yang ingin aku tekankan adalah: berdasarkan banyak buku psikologi yang aku baca, serta berdasarkan pengamatan pribadi, pada umumnya memang cowo lebih menekankan hal-hal yang bersifat fisik dari cewe, sedangkan cewe lebih menekankan aspek lain seperti perhatian ataupun kasih sayang dari cowo daripada hanya sekedar fisik belaka. Lalu, pada umumnya cewe lebih setia daripada cowo. Bener gak ya?!

Bagi cewe, seorang cowo yang phisically bernilai 5, bisa menjadi 8 ketika dia menunjukkan kepribadian yang baik. Wuih, kalo udah kaya gini, si cewe bakal setia banget. Sedang bagi cowo, cewe yang phisically nilainya 5, meskipun kepribadiannya baik, tidak akan mendongkrak nilainya menjadi 8. Yah, paling banter juga jadi 7. Kalopun akhirnya si cowo jadi sama si cewe, godaan selingkuh di depan mata. Peace.... :)

Sebaliknya, cowo bernilai 8 secara fisik, akan langsung turun jadi 5 ketika dia dinilai brengsek. Cewe yang phisically 8, meskipun nyebelin, paling drastis juga turun sampai nilainya 6. Dalam kasus ini, paling-paling cowonya bakal cari cewe lain sebagai teman ngobrol. Gak sopaaaan!!

----

Kok, rasanya tulisan aku malah semakin ngawur ya...

Pada intinya, aku ingin mengatakan bahwa kalo cowo suka cewe cantik, itu manusiawi. Toh cewe juga suka kan liat cowo cakep. Kenapa cewe sering complain? Itu karena si cewe gak pede akan dirinya sendiri. Dia jadi sering negative thinking, takut gak ada cowo yang suka sama dia, atau si cowo bakal ngelirik cewe lain. Seperti cerita temanku di paragraf ke-2 di atas. Ujung-ujungnya dia ngomong gini... "Kalo semua ikhwan phisically gitu, kan kasian sama akhwat yang seperti aku..." &&**$%$

Saat itu, setengah idup aku meyakinkan dia bahwa gak semua cowo kaya gitu. Banyak juga cowo yang meskipun manusiawi, tapi juga realistis. Apalagi kalo dia ngerti banget agama. Cantik atau cakep bukan jaminan masuk surga. Di akhirat juga gak bakal ditanyain. Tidak semua cowo ngeliat cewe secara fisik, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa hal itu juga perlu. Cowo juga akan punya prioritas dalam menentukan pilihan. Ketika dia lebih memprioritaskan fisik, maka dia harus menerima kalo seandainya si cewe bukan pendidik yang baik bagi anak-anaknya. Atau jika cowo lebih memilih berdasarkan agamanya, maka dia harus menerima jika seandainya si cewe tidak terlalu menarik secara fisik. Itulah hidup... Yang ngerasa cowo, bener gak seh yg gw tulis barusan?

Aku pernah baca di sebuah buku psikologi. Ketika cowo ngeliat cewe seksi, saat itu cowok tidak akan berpikir bagaimana kepribadian si cewe, apakah dia bisa masak, atau bisa jadi ibu yang baik atau tidak. Cowo hanya akan berpikir bahwa cewe itu seksi. Mungkin sangat menarik. Tapi, hanya itu dan tidak lebih dari itu. Namun. ketika cowo memutuskan untuk menikah, maka aspek-aspek lain pasti akan turut dipertimbangkan dan justru sangat memegang peranan penting.

So, di sini aku hanya ingin berpesan buat para cewe. Jangan pernah merasa dirimu jelek. PeDe aja lagi. Ketika kamu percaya diri, orang lain akan menilaimu positif. Ketika kamu menghargai dirimu sendiri, orang lain juga akan menghargaimu. Jika kamu merasa kurang secara fisik, tonjolkanlah kelebihanmu yang lain. Percayalah, aura yang keluar dari kepribadianmu, daya tariknya lebih dahsyat daripada kecantikan lahiriyahmu. Lagian kalo cewe ngerasa jelek, ambil aja sisi positifnya. Positive thinking aja bahwa cowo yang kelak menjadi pendamping hidupmu adalah cowo yang baik, yang tidak menilaimu secara fisik, yang mencintaimu apa adanya. Dan yakinlah bahwa cowo itu pasti ada dan telah dipersiapkan untukmu.

Eitt, bukan berarti fisik gak penting loh. Sekali lagi, PACKAGING ITU PERLU. Okelah yang namanya keadaan lahir semisal tinggi, kulit, hidung, mata, dll itu udah dari sononya dan gak bisa diubah. Tapi, yang di-highlight adalah PACKAGING. Bagaimana kita mengemasnya. Menurutku, penampilan yang kucel, kumal, tabrak lari, berantakan... pokoknya yang bikin tidak sedap dipandang... itu tidak bisa ditolerir, apalagi untuk dijadikan trademark. Orang pertama kali ketemu kita gak bakalan bisa liat, ibadahnya gimana, kepribadiannya gimana, tapi yang bakal diliat adalah penampilan alias penampakannya. Kalo kesan pertama sudah tidak menggoda, selanjutnya... gimana bisa tergoda :-). Kalo ngeliatnya aja udah ilfil, gimana bisa menumbuhkan cinta? (Ngomong opo.....)

Penampilan bukan yang utama, tapi yang pertama. Penampilan menjadi penting karena ia jadi yang pertama. Tapi akan menjadi tidak penting jikalau yang utama justru diabaikan.

Buat para cowo, setiap pilihan ada konsekuensinya. Aku tidak pernah ingin memangkas kesukaan kalian terhadap keindahan. Tapi hendaklah semuanya berjalan seimbang dan pada jalur yang semestinya.

Buat cewe dan cowo... pilihlah pasangan kalian seperti yang telah diajarkan dalam Al Quran. Lihatlah bagaimana agamanya, niscaya kebahagiaan itu akan datang. Kalaupun ternyata dapetnya yang cakep, anggap saja itu sebagai bonus, tapi harus terima konsekuensinya kalo pas lagi jalan bareng banyak yang lirik, hehehe. Yah, setiap hadiah kan ada pajaknya...

Kalau bisa dapet yang mendekati sempurna, kenapa enggak! Namun, yg mendekati sempurna itu akan layak kita dapatkan jika kita sendiri pun mendekati sempurna. Setuju??!

----

Wee,setelah ujian Multivariate Analysis,150507,11.30pm