Kamis, 29 November 2012

-100- Tiga Pesan Pak Pembimbing

Dulu saya sempat keder ketika diputuskan bahwa pembimbing skripsi saya adalah Pak Edy. Saya langsung membayangkan betapa susahnya nanti buat minta tanda tangan si bapak demi kelancaran penyusunan skripsi saya. Mana bapaknya juga sibuk luar biasa, susah ditemui, bisa-bisa target minimal 10 kali konsultasi akan sulit terpenuhi. Kalau sudah begitu, gak bisa seminar dong, apalagi sidang. Uppss,,, orang Indonesia banget sih saya, belum dijalani tapi sudah membayangkan hal-hal yang belum tentu terjadi.

Seiring berjalannya waktu, ternyata menjadi anak bimbingan Pak Edy gak seseram yang saya bayangkan. Pak Edy enak kok. Anak bimbingannya lebih diarahkan untuk mencari solusi sendiri dalam menyelesaikan permasalahan dalam skripsinya. Kalau kita konsultasi tanpa membawa apa-apa, jangan harap dapet tanda tangan. Saya pernah takut dicela, padahal itu sama sekali tidak pernah terjadi sepanjang perjalanan penyusunan skripsi saya. Saya malah pernah mentok, tidak tau lagi apa yang harus saya lakukan untuk skripsi saya. Akhirnya lama sekali saya gak ngadep beliau buat konsultasi, karena saya gak bisa bawa apa-apa. Setelah merasa sangat khawatir dengan tanda tangan yang kurang, baru saya beranikan diri bimbingan dan memberanikan diri cerita bahwa saya sedang mentok, gak tau harus ngapain lagi. Lalu apa tanggapan beliau? I was so amazed, beliau malah bilang itulah gunanya konsultasi sama dosen pembimbing, untuk mengurai benang di kepala sendiri yang mungkin tadinya kusut masai. Subhanallah, pertolongan Allah juga ya...

Ah, Pak Edy. Sekarang beliau hanya ada dalam kenangan. Selasa, 13 November kemarin beliau dipanggil Allah karena sakit. Sejak meninggalkan kampus tahun 2007 lalu, saya belum pernah lagi bertemu beliau. Tapi beneran, jejak beliau benar-benar membekas dalam hati saya. Pak Edy termasuk salah satu dosen favorit saya. Beliau mampu memberikan inspirasi untuk selalu menjadi lebih baik lagi. Beliau mampu memotivasi banyak orang untuk selalu berpikir cerdas. Pokoknya, beliau memang hebat.

Inilah Bapak Ir. Edy Irianto, M.T, dosen saya yang hebat itu


*****

Waktu itu kami sudah lulus, tinggal menunggu wisuda. Waktunya menemui Pak Edy dan memberikan kenang-kenangan kepada beliau dalam rangka selesainya penyusunan skripsi kami. Sebagai ucapan terima kasih gitu deh. Saya, Lesi, dan Dina, kami bertiga menemui Pak Edy.

Setelah bercerita banyak tentang penempatan dan lain-lain, kami pun memberitahu Pak Edy bahwa Dina akan menikah dalam waktu dekat. Lalu keluarlah tiga pesan Pak Edy yang sampai sekarang (dan sampai nanti) selalu saya ingat. Pesan untuk para perempuan yang akan dan sudah menikah. Pesan yang saya yakin betul kebenarannya, karena memang ketiganya sangat masuk akal. Berikut kira-kira pesan beliau (dalam kalimat saya sendiri):
  1. Lakukanlah kegiatan kecil seperti membenarkan kerah baju suami, atau membenarkan posisi dasi suami.
  2. Buatlah sambal andalan, yang akan selalu diingat dan dikangeni oleh suami saat dia makan di luar atau berada di luar rumah.
  3. Jangan pernah malu untuk meminta lebih dulu dalam urusan ranjang.
Hal-hal kecil dan sederhana yang dilakukan istri seperti membenarkan kerah baju suami, atau memasangkan dasi suami tentu saja akan sangat membekas. Ini bukan hanya soal hal yang sepele, melainkan menunjukkan sebuah perhatian yang nyata, kecil, sering, dan sederhana. Tentu saja bukan hanya itu, hal-hal mudah seperti memberikan pelukan, ciuman, membelai rambut, atau mencium tangan sehabis sholat, pastinya akan terasa menyenangkan dan membuat nyaman. Jangankan bagi suami yang menerima perlakuan itu, istri yang melakukan juga akan merasa senang. Suami akan merasa disayangi, diperhatikan dan nyaman berada di rumah. Bukankah istri juga akan senang kalau merasa dirinya disayangi dan diperhatikan. Vice versa lah...

Biasanya suami kan bekerja dan pada jenis pekerjaan tertentu memungkinkan suami untuk sering makan di luar atau dinas luar. Nah, kalau saja istrinya bisa membuat sambal andalan yang rasanya maknyus, tentu saja aktifitas makan di luar-nya suami akan terasa kurang, karena gak ada sambal buatan sang istri. Tentu saja berlaku analogi, maksudnya tidak harus sambal, karena akan jadi tidak berlaku bagi suami yang gak doyan pedas. Maksudnya disini adalah istri harus mempunyai 'sesuatu' yang akan selalu dikangeni oleh suami pada saat dia tidak di rumah. Biasanya memang tentang makanan, karena percayalah, urusan lidah dan perut sangat tidak bisa diabaikan. Maka beruntunglah para suami yang mendapatkan istri yang jago dan rajin masak buat keluarga. Buat para istri, ayo belajar masak! Kadang semangat kita memang pasang surut, tapi yakin saja bahwa Allah pasti melihat niat dan usaha keras kita. Semoga saja diberkahi :)

Terakhir urusan ranjang, yang juga bukan urusan sepele. Urusan ranjang bukan cuma urusan laki-laki, bukan cuma kebutuhan suami. Kata Mamah Dedeh, istri gak usah muna deh, wong sama-sama butuh juga kok. Kalau istri hanya menunggu, yang mungkin karena malu, maka suami akan merasa kurang dibutuhkan. Makanya istri jangan malu untuk minta duluan, dengan begitu suami akan merasa dibutuhkan, merasa sama, dan kepercayaan dirinya akan meningkat. Kira-kira begitu...

Nah, itulah 3 pesan Pak Edy buat perempuan yang akan menikah, untuk diaplikasikan pada saat dia menikah. Dan sekarang saya sudah menikah, jadi setidaknya lebih bisa mencerna dan memahami pesan beliau untuk saya bagi lagi kepada banyak istri. Tentu saja dengan harapan pesan ini bisa menambah keharmonisan dalam rumah tangga, lebih mengokohkan ikatan suami istri dalam rumah tangga, supaya damai, tenang, nyaman dan diberkahi rumah tangganya, serta keluarga kecil yang diciptakan. Tak lupa supaya menjadi amal jariyah bagi almarhum dosen saya atas nasehatnya yang begitu menginspirasi. Semoga...

Rabu, 28 November 2012

-99- Pantas Saja Mereka Menyebutnya Morning Sickness

Disebutlah morning sickness, keadaan dimana seorang wanita hamil merasa pusing, mual dan muntah yang biasanya terjadi pada masa 3 bulan awal kehamilan (trimester pertama). Sebenarnya menurut banyak sumber yang saya baca, rasa pusing, mual dan muntah itu tidak hanya terjadi di pagi hari, bisa kapan saja. Cumannya, berhubung pada umumnya mual-mual ini terjadi pada pagi hingga menjelang siang, makanya disebut "morning". Gak lucu dong kalo kemudian disebut anytime sickness, ealahh... kok rasa-rasanya seperti sebuah penderitaan tak berkesudahan. Lebay gitu sayanya, padahal pada dasarnya pregnancy adalah hal yang membahagiakan bagi para pasangan suami istri. Betul gak sih?

 Gambar dipinjam dari sini

Setiap wanita hamil akan merasakan tingkat derajat mual yang berbeda-beda. Ada yang tidak merasakan apa-apa, seperti kakak saya dulu di kehamilan pertamanya. Kalau dulu ketika ada orang hamil, saya gak terlalu merhatiin, cuma denger cerita doang bahwa orang hamil itu mual, muntah, lemes, ngantuk, dan sebagainya, dan sebagainya. Toh kakak saya aja gak ada muntah-muntah gitu, gagah banget hamilnya, gagah sampe lahiran malahan. Tapi ternyata banyak juga yang hamilnya kalah, mual muntah tak berkesudahan seperti adik ipar saya, sampe-sampe minum air putih aja muntah, bisa sama sekali gak ketemu nasi selama beberapa hari. Atau yang sampai memerlukan pengobatan seperti salah satu teman saya, berkali-kali bolak balik masuk rumah sakit, opname, diinfus, saking kalahnya. Haduh,,, gak kebayang deh. Kalo udah kayak gitu mungkin para ibu hamil akan "lebih" banyak berdoa semoga anak yang sedang dikandungnya menjadi anak yang baik-baik, soleh solehah, akhlaknya terpuji, soalnya kalo ternyata anaknya nakal naudzubillah, astaghfirullah alangkah besarnya dosamu nak...

Lalu saya, apa cerita saya? Hmm, saya harus banyak bersyukur karena sejauh ini belum pernah muntah-muntah. Berdasarkan riwayat kehamilan ibu dan kakak saya, memang mereka ketika hamil bukan yang tipenya kalah gitu, jadi semoga saya juga tidak berbeda. Dulu ibu saya mengandung saya ketika kakak saya belum genap 6 bulan. Selisih umur saya dan kakak saya memang hanya 14 bulan. Kebayang gak apa jadinya kalau ibu saya mual muntah tak berkesudahan. Ah, Allah memang Maha Adil.

Yang jelas, wanita hamil itu memang spesial, alhamdulillah saya merasakannya sekarang. Kata para ahli, setiap wanita hamil memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Mungkin ada banyak wanita hamil yang karakteristiknya mirip saya. Saya tidak muntah-muntah, mual sesekali memang ada, rasa pengen muntah juga ada, tapi gak sampe muntah beneran. Apalagi kalo pagi, pantas saja mereka menyebutnya morning sickness. Biasanya saya bangun pagi dalam keadaan lapar, kadang sangat lapar, tapi saya sering gak langsung makan, hanya minum susu dan setelah agak pagi sekitar jam 7 saya baru minum susu. Setelah itu... jangan ditanya, nafsu makan saya langsung lenyap ditelan bumi, ngebayangin mau makan saja rasanya saya mau muntah. Perut saya mual, biasanya disertai keliyengan gitu. Tau keliyengan kan? Kayak rasa pusing ketika kita kurang darah atau darah rendah gitu. Akhirnya saya sering bawa sarapan ke kantor, atau beli. Entah kenapa saya rasanya lebih bisa makan makanan beli daripada yang saya masak sendiri, padahal biasanya saya agak-agak anti makan makanan yang saya beli di luar (pengecualian untuk makan di restoran, hehe...). Dan nyatanya, seperti pagi ini sampai jam 10 pun sarapan saya belum saya sentuh sama sekali.

Tips 1:
Untuk wanita hamil yang bangun pagi dalam keadaan lapar, segeralah makan setelah Anda sholat subuh. Jangan ditunda-tunda karena itu nantinya hanya akan membuat Anda malah jadi enggak sarapan sama sekali.

Tips 2:
Banyak-banyak minum air putih, dan kalau Anda terlanjur mual dan belum nafsu buat sarapan, makan buah aja, biasanya kalau makan buah malah gak mual loh.

Tips 3:
Ketika bangun tidur jangan langsung bangun secara tiba-tiba supaya gak keliyengan terlalu sering.

Tips 4:
Bawa minyak angin aromaterapi kemana-mana, supaya kalau sudah mulai pusing-pusing, ada lawannya :)

Saya juga mudah sekali capek, dan tidak terlalu suka aktifitas bepergian yang memakan waktu lama. Saya kurang betah duduk di mobil terlalu lama, apalagi dengan posisi duduk yang itu-itu saja dan tidak bisa leluasa sesuka saya. Juga goncangan di perut selama dalam perjalanan, alamak, terus terang agak menyiksa. Kurang nyaman saja rasanya. Saya baca-baca di internet, posisi duduk setengah berbaring gak bagus, bagusnya duduk tegak seperti tukang jahit. Padahal kan capek ya kalo harus duduk tegak terus selama dalam perjalanan. Trus, lutut juga sebaiknya selalu lebih rendah daripada panggul, tidak menyilang kaki, ini terutama untuk wanita hamil yang bayinya sudah bisa bergerak supaya tidak membatasi ruang gerak bayi. Padahal kan kalo mobilnya sedan, posisi kaki gak diluruskan, pasti akan lebih tinggi lutut daripada panggul. Yah, kalau begitu solusinya adalah tips ke-5 berikut:

Tips 5:
Kata ibu saya, jangan terlalu banyak bepergian, apalagi kalau sedang hamil muda. Batasi dulu lah kesana kemari gitu, itu kata ibu saya loh...

Berat badan saya juga berkurang banyaaakkkk sekali, hiks hiks, terjun bebas sampe 48 kg, menuju 47 malahan. Rada shock juga sih, tapi wajar sekali karena memang makan saya super sedikit. Nafsu makan saya sudah lari. Saya gak ngidam macem-macem, cuma kadang memikirkan makanan apa yang saya mau makannya, biar saya makan gitu, jangan sampe perutnya kosong. Jadi bukan masalah pengen makan ini, pengen makan itu, ngidam ini, ngidam itu, bukan itu loh. Ini hanya sekedar mencari-cari makanan yang saya mau makan, itu pun sulit sekali T.T.

Bagaimanapun you're not alone deh. Banyak ibu-ibu hamil yang turun berat badannya di masa-masa awal kehamilan, padahal makannya biasa aja, gak ada perubahan. Jadi saya masih alhamdulillah, turun bb-nya memang karena makannya sedikit. Dan setidaknya saya masih makan nasi 3 kali sehari walaupun dengan porsi yang kecil. Trus, saya juga pernah baca artikel yang mengatakan bahwa ibu hamil harus lebih banyak istirahat, harus menambah jam tidur karena butuh tidur lebih banyak. Saya sendiri kalau berasa kurang banyak tidurnya, pasti lemas.

Tips 6:
Wanita hamil butuh tidur lebih banyak, jadi jangan diabaikan urusan tidur ini ya, karena beneran bisa bikin Anda lemas sepanjang hari kalau kurang tidur.

Udah dulu ya, segitu dulu. Besok-besok disambung lagi kalau ada tips tambahan yang saya ingat. Sekarang saya mau makan dulu, sarapan yang kesiangan... >_<

Jumat, 23 November 2012

-98- So I'm Already 27

So I'm already 27, tepatnya kemarin. Coba tebak, siapa orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya? Atau, hadiah apa yang saya terima? Atau, apa yang saya lakukan untuk merayakan hari lahir saya? Ah, saya malah ingin bertanya hal lain lagi kepada diri saya sendiri.

Bagaimana rasanya menjadi perempuan berusia 27 tahun?

Rasanya... nano nano.

Sedih iya. Lah gimana enggak, saya sedih ternyata saya sudah 27 tahun dan apakah selama ini saya sudah menjalani hidup ke arah yang lebih baik. Sejak tahun pertama hidup saya, sampai tahun ke-27 ini, apakah saya sudah benar-benar belajar dari pengalaman? Apakah saya sudah meninggalkan hal-hal buruk yang saya bahkan sudah tau itu buruk? Apakah saya bertambah baik hati dan tidak sombong hari demi hari? Apakah sholat saya sudah tegak berdiri kokoh? Apakah saya tidak lupa bersedekah? Apakah saya sudah menutup aurat dengan benar? Apakah saya telah menunaikan hak suami saya, orangtua saya? Kenapa ya, seringkali kita baru sadar bahwa ternyata kita sudah hidup lama hanya ketika kita berulang tahun :(

Senang iya (tapi tetap saja banyakan sedihnya). Senangnya kenapa ya? Kenapa ya? Menjadi semakin tua kok senang?

Hari ulang tahun hanya akan menjadi momen paling menyedihkan dalam hidup jika saja di hari itu saya tidak ingat untuk bersyukur. Bersyukur atas nikmat yang tidak bisa saya ingkari sama sekali. Bersyukur atas setiap bukti kasih sayang Allah yang, kalau dipikir-pikir kok Allah baik banget ya... Sering kan ya kita sadar betapa jahatnya kita kepada Allah, betapa kita sering menjauh, tapi ternyata Allah Maha Pemurah, Dia mendekat dan melimpahi kita dengan nikmat yang tiada terhitung banyaknya. Saya sendiri sering merasa malu atas itu. Saya sering merasa malu, merasa kemudian tidak pantas untuk meminta, tapi lalu Allah memberi segalanya.

Alhamdulillah, atas semua limpahan nikmat yang tiada tara. Fabiayyialaairobbikumatukadzzibaan... Maka nikmat Allah yang manakah yang (mampu) saya dustakan.


And yesterday is my birthday
a moment to remember how many time I've spent to deny what God gives on my hand. 
Please forgive me God. 
I'll always try to do my best, for me, for my lovely family...

*Eitttss, rasa-rasanya tadi saya bilang rasanya nano nano menjadi 27 tahun. Ini kok malah cuma sedihnya aja yang dibahas, maaf ya...

Kamis, 22 November 2012

-97- Cantik Hatinya, Semoga...


Beberapa hari yang lalu saya membaca salah satu note di halaman facebook Darwis Tere Liye. Note ini entah kenapa bisa sangat meninggalkan jejak yang begitu jelas di pikiran saya. Berikut tulisannya:


Cerita Seekor Kambing dan Dua Remaja Yang Cantik Hatinya *)

Ada dua kakak-adik perempuan, satu namanya Puteri (usia 13 tahun, SMP), satu lagi namanya Ais (usia 16 tahun, SMA). Mereka tidak beda dengan jutaan remaja lainnya, meski tdk berlebihan, juga ikutan gelombang remaja yg menyukai budaya populer saat ini, seperti lagu2, boyband, film2, dsbgnya. Kabar baiknya, dua anak ini memiliki pemahaman yg baik, berbeda, dan itu akan menjadi bagian penting dalam cerita ini.

Suatu hari, guru agama di sekolah Puteri menyuruh murid2nya utk membuat karangan tentang berkurban. Ini jadi muasal cerita, jika murid-murid lain hanya sibuk membaca sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, lantas menulis karangan, Puteri, entah apa pasal, memasukkan cerita hebat itu sungguh2 dalam hatinya. Tercengang. Dia bahkan bertanya pd orang tuanya, di meja makan, apakah keluarga mereka pernah berkurban. Setelah saling tatap sejenak, orang tua mereka menggeleng, tidak pernah. Ayah mereka buruh pabrik, Ibu mereka karyawan honorer, ibarat gentong air, jumlah rezeki yg masuk ke dalam gentong, dengan jumlah yg keluar, kurang lebih sama, jd mana kepikiran untuk berkorban.

Puteri memikirkan fakta itu semalaman, dia menatap kertas karangannya, bahwa keluarga mereka tidak pernah berkorban, padahal dulu, Nabi Ibrahim taat dan patuh mengorbankan anaknya. Bagaimana mungkin? Tidakkah pernah orang tua mereka terpikirkan untuk berkorban sekali saja di keluarga mereka? Puteri mengajak bicara kakaknya Ais. Dan seperti yg saya bilang sebelumnya, dua anak ini spesial, mereka memiliki pemahaman yg baik, bahkan lebih matang dibanding orang2 dewasa. Maka, mereka bersepakat, mereka akan melakukan sesuatu.

Uang jajan Puteri sehari 8.000 perak, dikurangi untuk naik angkot, bersisa 4.000 utk jajan dan keperluan lain. Uang jajan Ais, 10.000 perak, dikurangi untuk naik angkot, bersisa 6.000, juga utk jajan dan keperluan lain. Mereka bersepakat selama enam bulan ke depan hingga hari raya kurban, akan menyisihkan uang jajan mereka. Puteri memberikan 2.000, Ais memberikan 3.000 per hari.

Enam bulan berlalu, mereka berhasil mengumpulkan uang 1,1 juta rupiah. Menakjubkan. Sebenarnya dari uang jajan, mereka hanya berhasil menabung 600.000, mereka juga harus mengorbankan banyak kesenangan lain. Membeli buku bacaan misalnya, seingin apapun mereka memiliki novel2 baru, jatah bulanan utk membeli buku mereka sisihkan, mending pinjam, atau baca gratisan di page/blog, sama saja. Mereka juga memotong besar2an jatah pulsa dari orang tua, itu juga menambah tabungan. Juga uang hadiah ulang tahun dari tante/om/pakde/bude. Alhasil, enam bulan berlalu, dua minggu sebelum hari raya kurban, mereka punya uang 1,1 juta.

Aduh, ternyata, saat mereka mulai nanya2, harga kambing di tempat penjualan2 kambing itu minimal 1,3 juta. Puteri sedih sekali, uang mereka kurang 200rb. Menunduk di depan barisan kambing yg mengembik, dan Mamang penjualnya sibuk melayani orang lain. Tapi kakaknya, Ais, yg tidak kalah semangat, berbisik dia punya ide bagus, menarik tangan adiknya utk pulang. Mereka survei, cari di internet. Tidak semua harga kambing itu 1,3 juta. Di lembaga amil zakat terpercaya, dengan aliansi bersama peternakan besar, harga kambing lebih murah, persis hanya 1.099.000. Dan itu lebih praktis, tdk perlu dipotong di rumah. Dan tentu saja boleh2 saja nyari harga kambing yg lebih murah sepanjang memenuhi syarat kurban. Senang sekali Puteri dan Ais akhirnya membawa uang tabungan mereka ke counter tebar hewan kurban tsb. Uang lembaran ribuan itu menumpuk, lusuh, kusam, tapi tetap saja uang, bahkan aromanya begitu wangi jika kita bisa mencium ketulusan dua kakak-adik tsb.

Mereka berdua tdk pernah bercerita ke orang tua soal kurban itu. Mereka sepakat melupakannya, hanya tertawa setelah pulang, saling berpelukan bahagia. Dua bulan kemudian, saat laporan kurban itu dikirim lembaga amil zakat tersebut ke rumah, Ibunya yang menerima, membukanya--kedua anak mereka lagi main ke rumah tetangga, numpang menonton dvd film, Ibunya berlinang air mata, foto2, tempat berkurban, dan plang nama di leher kambing terpampang jelas, nama Ibunya.

Itu benar, dua kakak-adik itu sengaja menulis nama ibunya. Itu benar, dua kakak-adik itu ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Tapi di atas segalanya, dua kakak-adik itu secara kongkret menunjukkan betapa cintanya mereka terhadap agama ini. Mereka bukan memberikan sisa2 utk berkorban, mereka menyisihkannya dengan niat, selama enam bulan.

Itulah kurban pertama dr keluarga mereka. Sesuatu yg terlihat mustahil, bisa diatasi oleh dua remaja yg masih belia sekali. Besok lusa, jika ada tugas mengarang lagi dari gurunya, Puteri tdk akan pernah kesulitan, karena sejak tahun itu, Ibu dan Ayah mereka meletakkan kaleng di dapur, diberi label besar2: 'Kaleng Kurban' keluarga mereka.
*) tulisan yang asli ada disini

Ceritanya mungkin sederhana, sesederhana harapan saya ketika meresapinya. Hebat ya, dua kakak adik itu. Dengan pemahaman baik yang mereka punya, mereka menjelma menjadi anak-anak yang tidak biasa, menjadi berbeda dengan jutaan anak-anak lain seusianya. Mereka istimewa. Saya bahkan tidak bisa membayangkan betapa terharunya sang ibunda menyaksikan apa yang dilakukan anak-anaknya, karena saya yang hanya membaca pun bisa langsung menangis. Saya yakin anak-anak itu akan membangunkan sebuah rumah yang indah untuk ibunda mereka di surga Allah. Seperti halnya harapan saya atas jantung yang sekarang sedang berdetak dalam rahim saya...

Gambar dipinjam dari sini