Senin, 16 Februari 2009

-18- Syarat dan Syirik

Ceritanya anak ibu kost-ku baru punya bayi, umurnya baru sekitar 2 minggu. Bayi perempuan yang lucu dan cantik. Beberapa hari belakangan ini, dedek bayi sering banget nangis gak jelas. Nangisnya itu berkelanjutan, dah gitu gak mau juga menyusu pada ibunya. Alhasil orangtuanya (juga neneknya) khawatir.

Ibu kost, anak dan menantunya mulai menduga yang bukan2. Mereka khawatir ada semacam 'gangguan' pada si bayi atau ibunya. Lalu dipanggillah seorang pintar (baca: dukun) untuk mengetahui ada apa gerangan dengan sang bayi. Awalnya aku gak ngeh sama sekali. Toh bukankah biasa kalau bayi hobi nangis. Sampai kemudian suatu malam ada seorang bapak yang dipanggil ke rumah (kami tinggal di bangunan fisik yang sama, namun beda bangunan sensus). Bapak tersebut duduk bersimpuh sambil memegang segelas air dan komat kamit. Selanjutnya, aku gak tahu gimana nasib air tersebut. Entah diminum atau diletakkan pada suatu tempat di suatu bagian kamar.

Keesokannya, sore hari pas lagi santai setelah mandi, mataku mulai terasa pedih. Kok kayanya banyak banget asap di sekitarku. Wow, ternyata memang benar. Di teras depan anaknya ibu kost membakar setumpuk kulit bawang. Katanya siy sebagai syarat supaya si kecil gak diganggu setan. Wah wah...

Benar2 gak masuk akal. Pertama, kalau bayi nangis terus, berarti memang ada yang 'salah', bisa jadi ada yang sakit atau ada suatu bagian tubuh yang tidak terasa nyaman. Emang dengan air yang dimantra2i bisa bisa bikin bayi sembuh. Ck ck ck, harusnya pergi ke dokter aja, trus periksa apa yang salah dengan sang bayi. Lalu kedua, emang setan takut yah sama asap hasil pembakaran kulit bawang?!

Hmm, itu baru 2 hal saja. Bagaimana dengan bayi yang dikalungi dengan bermacam2 rangkaian bumbu dapur? Atau benda dari metal yang harus diletakkan di bawah tempat tidur bayi? Atau lagi, meletakkan Al Quran di dekat kepala bayi? Huehe, Al Quran mah untuk dibaca, bukan untuk dijadiin jimat.

Yah, begitulah kira2 sedikit gambaran atas logika yang terkalahkan, bahkan di tengah kemajuan teknologi yang kian semarak. Namun yang lebih parah lagi adalah aku yang hanya geleng2 kepala tanpa punya 'nyali' untuk bicara. Aku kan pendatang... (hihi, membela diri ne ceritanya). Kalau yang ngelakuin kaya gitu keluargaku siy, aku berani ngomong. Tapi kalau orang lain, gimana ngomongnya yah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar