Senin, 02 Februari 2009

-8- Dua Isteri di Sekitarku

Istri pertama

Cantik, tinggi, bodinya bagus. Punya dua anak yang masing-masingnya berjarak 9 tahun. Menurutku, tipe-tipe wanita seperti ini banyak dilirik pria dan sangat mudah mendapatkan pasangan. Bahkan dulu (sebelum merid), ada seorang polisi (entah kenapa aku rada-rada gimanaa gitu sama polisi. Uppss...) yang jatuh hati. Sayangnya, si polisi bukan tipe pria idamannya. Menurutnya, polisi tersebut terlalu halus bin lembut. Tipe-tipe cowo kalem lah...

Suaminya seorang pemain musik, lebih tepatnya pemain orgen. Penghasilan utamanya adalah dari banyaknya permintaan untuk main pada perhelatan-perhelatan semacam pesta pernikahan ataupun pesta rakyat biasa. Bersama pria ini, keadaan finansialnya belum bisa dikatakan mapan, bahkan cenderung pas-pasan. Tapi, kehidupan mereka aman tenteram, gak pernah saling membentak, apalagi sampai terjadi adegan piring terbang.

Kadang aku berpikir, jika dia mau, wanita ini bisa mendapatkan suami yang lebih baik (secara fisik maupun finansial) daripada suaminya yang sekarang. Namun, meskipun suaminya belum bisa memanjakannya dengan materi, wanita ini tetap patuh pada suaminya dan gak pernah ngomel. Rumah tangga mereka akur,tidak pernah terdengar mereka bertengkar. Aku benar-benar salut pada penerimaan sang istri kepada suaminya.

Di sisi lain, wanita ini tidak terlalu rajin (meskipun gak bisa juga disebut malas). Aku sering melihat anaknya berangkat sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu, karena memang ibunya belum menyiapkan sarapan. Tidak jarang juga sang anak sibuk sendiri di pagi hari karena kedua orangtuanya belum bangun sama sekali.

Istri Kedua

Orangnya tinggi dengan bodi yang subur (bukan gemuk loh), wajahnya standar, tapi tetap lumayan. Wanita ini sangat rajin, pinter dan hobi masak juga. Orangnya pemurah dan gak pelit. Aku sering mendapatkan kesempatan nyicipin masakannya. Setiap kali kesempatan itu datang, bisa dipastikan aku akan bersuka cita karena senangnya.

Wanita ini bekerja di salah satu instansi pemerintah sebagai pegawai kontrak. Begitu juga suaminya. Untuk menambah penghasilan, dia sering menerima pesanan makanan, semisal kue-kue untuk suatu acara. Dia juga menjual nasi goreng, nasi uduk, dan nasi kuning untuk sarapan. Dan untuk pekerjaan yang satu ini, hampir setiap hari dia harus menyiapkan bumbu-bumbu untuk jualannya pada malam hari. Kadang sampai jam 11 malam. Lalu pagi harinya sebelum subuh dia mulai kegiatan masak memasak, dan jam 8 pagi dia berangkat ke kantor.

Subhanallah... aku salut akan rajinnya. Aku juga salut dengan kemampuan memasaknya. Namun, yang Masya Allah adalah lidahnya. Wanita ini kurang bisa menjaga lidahnya. Tidak jarang dia memaki suaminya, lalu beberapa saat kemudian sudah baik kembali. Yup, semudah lidahnya berkata, semudah itu pula dia melupakan. Tapi tetap... kata-kata yang keluar dari lidahnya seringkali sangat kasar, tidak enak didengar dan (aku yakin) bisa menyakitkan hati lawan bicaranya.

***

Benar-benar dua istri dengan tipe yang berbeda... Dan mereka membuatku berpikir, alangkah bahagianya seorang suami seandainya memiliki istri yang sifatnya merupakan gabungan sifat kedua istri tersebut, tanpa sifat-sifat buruknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar