Kesimpulan Nomor 1. Melulu tentang SEX dan SEKS
Lihat saja baris pertama di bawah judul widget Popular Posts di samping, pasti selalu dihuni postingan yang itu. Sebenarnya sejak awal juga tidak ada ekspektasi berlebihan dengan mengharapkan akan mendapatkan kenyataan bahwa postingan yang paling banyak diminati atau dicari adalah yang lumayan berbobot (emang ada di sini gituh postingan yang berbobot? hehe...). Saya kecewa? Terus terang saja iya. Ternyata saya bisa benar-benar meyakinkan diri saya sendiri bahwa internet sehat memang hanyalah bagi sebagian kecil orang.
Terlalu besar godaan bagi orang-orang yang tidak begitu yakin untuk apa mereka menggunakan internet, padahal akses internet begitu mudahnya. Semuanya bisa muncul di depan matamu, di layar komputermu. Sekedar gambar-gambar porno, ahh rasanya semua orang tau bahkan tak ada harganya di dunia maya ini. Saya kadang merasa galau, apa jadinya anak-anak saya nanti jikalau saya tidak mampu membantu mereka membangun suatu penyaring yang harus muncul dari dalam diri mereka sendiri. Apa jadinya anak-anak saya nanti jika saya tidak mampu ikut mengokohkan sisi spiritual mereka.
Saya ingat sejarahnya dulu kenapa saya membuat tulisan yang memasukkan kata 'sex' pada judulnya. Saya lagi semangat-semangatnya ngeblog, lari-lari kesana kemari melihat-lihat blog orang. Catat ya, hanya melihat-lihat, bukan membaca isinya dengan serius. Yang benar-benar saya baca hanyalah bagaimana caranya menambahkan widget ini itu, bagaimana caranya agar blog saya terindeks oleh si mbah google, bagaimana caranya agar saya bisa menggunakan template yang tidak standar untuk blog saya,juga bagaimana menampilkan statistik blog.
Nah, katanya sih, kalau mau meningkatkan traffic blog kamu, maka kamu harus membuat blog yang isinya dicari banyak orang. Lihat saja situs-situs yang isinya porn gitu, pengunjungnya bejibun kan. Dosen web saya dulu juga pernah bilang, ada orang yang dengan ilmu sihir (maksudnya di sini saya oon tentang ilmunya gitu deh...) memasukkan banyak tag seperti "sex" atau "seksi" atau "telanjang" di situs mereka, padahal dalam situsnya sama sekali gak ada konten tentang itu. Supaya apa? Supaya ketika orang-orang mengetikkan kata itu pada mesin pencari (kebetulan orang-orang yang dimaksud jumlahnya banyak), situs mereka bisa muncul di halaman pertama. Sederhananya begitu.
Kebetulan saya mau nulis tentang pengalaman yang sempat membuat saya gamang akan masa depan generasi setelah saya, sekalian saja saya buat judulnya seolah dramatis, "Ada Sex di Depan Mata Anak 4 Tahun". Pasti banyak yang akan terkecoh dan gak sengaja mampir ke blog saya gara-gara itu. Dan kenyataannya memang begitulah. Setelah saya melihat statistiknya, postingan yang itu selalu menjadi satu titik ekstrem, ckckck...
Ini statistik pageviews dari 21 Agustus sampai 28 Agustus. Kalau dibikin chart pasti jelek jadinya. |
Kesimpulan Nomor 2. Gak ada komentar bukan berarti gak ada yang baca. Jadi hati-hati dengan tulisanmu.
Seringkali saya kalau nulis di blog suka-suka saja, gak terlalu mikirin siapa yang baca. Apalagi kalau gak ada komentar, berarti setidaknya kan gak ada kontroversi. Toh saya nulis juga tujuannya bukan supaya ada yang baca. Saya nulis karena saya kepingin nulis, tapi bukan di atas diary yang digembok layaknya zaman sekolah dulu.
Suatu ketika saat sedang chat dengan seorang teman, dia menulis ulang kata-kata di salah satu postingan dalam blog saya. Saya agak takjub lalu bertanya, kok kayaknya saya pernah dengar kata-kata itu. Dia pun bilang bahwa itu kata-kata saya sendiri. Saya tanya lagi kok kamu bisa tau. Dia pun bilang bahwa dia sudah mensubscribe blog saya, dalam artian dia selalu mengikuti (membaca) setiap postingan yang ada di blog saya.
Saya memang terlalu menyepelekan statistik sekian readers pada blog saya, karena saya gak yakin apa memang yang subscribe benar-benar akan membaca semuanya. Tapi ketika seorang sahabat bilang bahwa dia membaca postingan saya tentang nyetrika lalu membayangkan betapa berantakannya lemari pakaian saya, saya kok jadi malu ya, hehehe. Atau ketika seorang sahabat yang ketawa karena membaca postingan saya tentang underwear. Atau ketika seorang teman ber'cie-cie' heboh ketika membaca tulisan saya yang agak romantis (maksudnya keganjenan gitu). Juga masih banyak lagi yang menyadarkan saya bahwa ada loh yang baca tulisan saya, dan itu bukan sekedar sepuluh atau dua puluh. Bukan hanya teman-teman saya sendiri, juga orang-orang tersesat yang kebetulan mampir.
Kalau begitu, kenapa tidak menulis yang lebih bermanfaat ya.
Kesimpulan Nomor 3. Teruslah menulis, ada banyak yang kangen dengan tulisanmu.
Hehehe, ini agak kegeeran dikit kan no problemo ya... :D
Soalnya teman-teman saya sering bilang kangen sama tulisan-tulisan saya ketika sudah lama saya gak posting di blog. Dan itu rasanya tidak berlebihan juga kok. Saya sendiri saja suka ngikutin blog beberapa teman yang suka ngeblog. Ketika sudah lama postingannya gak nambah-nambah, saya juga akan merasa kehilangan, merasa ada yang kurang. Saya akan bertanya-tanya, apakah teman saya itu sedang sibuk, ada cerita apa tentang dirinya, ada perkembangan apa, kemana dia... Saya mengecek blog mereka beberapa kali, sedikit kecewa ketika menemukan tulisan yang itu-itu saja gak nambah-nambah. Kalau ada tulisan baru, pasti dengan semangat 45 akan saya baca.
Mungkin begitu juga dengan teman-teman saya. Ada suatu bentuk kepedulian yang tidak bisa diwujudkan secara nyata karena jarak. Jadi ketika sudah ada kabar, ada sarana memantau perkembangan yang lebih indah untuk dinikmati (melalui tulisan), rasanya, ahh... semua terasa nyata saja :)
Apapun itu, kenyataannya saya merindukan tulisan teman-teman saya, saudara-saudara saya, orang-orang terdekat saya tentang apapun yang terjadi dalam hidup mereka, apapun opini mereka, atau apapun yang mereka gemari. Bisa jadi mereka-pun sama seperti saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar