Jumat, 12 Oktober 2012
-95- Bercerita Itu Hebat Ya, Takita (Surat Balasan Untuk Takita)
Bagaimana kabarmu Takita sayang?
Semoga Takita tidak pernah bosan bercerita ya. Juga selalu membagi cerita tentang mimpi-mimpi Takita kepada banyak orang. Karena percayalah, melalui cerita Takita itulah orang dewasa seperti kami sering tersadar, sudahkah anak-anak kami mendengar kami bercerita? Sudahkah anak-anak kami belajar bercerita, tentang teman mereka, tentang mainan mereka, juga tentang bau-bauan yang mereka cium... dan tentu saja kami, Ayah dan Bundanya akan menyimak dengan tekun sambil bersyukur kepada Tuhan, betapa pintarnya anak kami.
Mimpi Takita adalah mimpi kakak juga. Kakak takut sendirian, sama seperti Takita. Kakak juga takut anak kakak merasa sendirian karena kakak tidak punya waktu untuk bercerita. Padahal sekedar cerita tentang sebuah alat berat yang sedang parkir di pinggir jalan menuju ke kantor, mampu membuat anak kakak melemparkan banyak pertanyaan dan memperpanjang cerita... dengan mata berbinar tentu saja.
Saat ini kakak mungkin hanya bisa bercerita tentang hal-hal sederhana kepada anak kakak. Cerita mengalir begitu saja layaknya tulisan yang punya banyak catatan kaki, banyak tanda bintang untuk menjelaskan arti kata-kata yang masih sulit dicerna anak berusia tiga tahun. Dan tahukah dirimu, Takita, ternyata anak-anak pun bisa menjelaskan tentang kata yang ia ucapkan dengan cadel agar bisa dimengerti oleh Ayah dan Bunda.
Berapa usiamu, Takita? Perkenalkan anak kakak, namanya Zaim. Usianya sekarang 3 tahun, dan ini beberapa ceritanya di rumah...
Zaim : "Tadi temennya Om Pebi didoteng...?" (bahasanya masih cadel)
Ayah : "Apa nak, didoteng?" (berusaha mencerna)
Zaim : "...bukan, didoteng..."
Ayah : "Didoteng?"
Zaim : (sambil berpikir) "Om Pebi naik motor trus temennya duduk di belakang?"
Ayah : "Oooo... dibonceng?"
Zaim : "Iya, tadi temennya Om Pebi didoteng?"
Ayah : "Enggak, bla bla bla..... *bercerita*....." (sambil tersenyum senang, anaknya sudah bisa menjelaskan)
---
Zaim : (sedang memegang sebuah permen) "Aim tu maunya permen tantai."
Bunda : "Apa nak, permen tantai?"
Zaim : "Permen yang ada tantainya..."
Bunda : (bingung) "Tantai itu apa?"
Zaim : (berpikir, diam sesaat) "Tunjuk, tunjuk..."
Bunda : "Oooo, tangkai ya?" (sambil tersenyum senang, anaknya sudah mengerti tentang sinonim)
Zaim : "Iya..." (tersenyum juga dan melanjutkan cerita dengan semangat)
Hehehe, ini biasanya Zaim menyebut tangkai permen lolipop sebagai "tunjuk", jadi Bunda langsung paham bahwa yang dimaksud adalah kata "tangkai" :)
---
Hebat ya, Takita. Ternyata bercerita juga bisa menjadi sarana belajar buat anak-anak, tentu saja juga buat orangtuanya. Suatu saat nanti, kakak ingin sekali bercerita tentang hal-hal yang lebih rumit, cerita tentang kehidupan, cerita tentang pengalaman, sekedar untuk memperkaya pribadi-pribadi yang tadinya bersemayam dalam tubuh-tubuh yang mungil. Seperti Takita mungkin.
Dan tubuh-tubuh yang tak lagi mungil itu, nantinya akan terus bercerita, bercerita tentang Ayah Bundanya, bercerita sepanjang zaman.
Teruslah bermimpi, Takita... Lalu ceritakan kepada dunia setiap kata yang ada dalam mimpi Takita. Karena mimpi akan menghilang begitu saja ketika tidak kita bagi. Takita dan kakak tidak ingin itu terjadi bukan?
Teruslah bercerita, Takita... Karena melalui cerita Takita, Ayah dan Bunda akan selalu tersenyum. Menyadari bertambahnya perbendaharaan kosakata yang bisa Takita gunakan, atau memperbaiki susunan kalimat Takita agar bisa dimengerti tidak hanya oleh Ayah dan Bunda... sungguh tak ternilai rasanya, sayang. Dan menemukan Takita menjadi dewasa lalu memeluk anak-anak Takita dengan hangat sambil bercerita tentang anak kucing yang tidak sengaja masuk ke dalam got... ahh, rasanya mungkin seperti memeluk surga :)
Teruslah bersemangat, Takita. Dengan semangat yang tidak pernah mati Takita akan menjelajah dunia melalui cerita.
Sampaikan salam kakak buat Ayah dan Bunda ya. Ceritakan kepada mereka tentang surat kakak yang sudah Takita baca.
Salam sayang kakak untuk Takita :)
Tulisan ini saya tulis untuk membalas surat dari Takita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar