Dia berdiri
Dunia terasa berputar, bintang berjatuhan
Dia pun duduk
Bulan dan matahari menghimpit
Tapi bintang tak lagi jatuh
Semua tetap gelap
Dingin mendera tubuh
Hangat di telapak tangan
Gudang memori mengaduh
Berontak atas beban yang begitu penuh
Sesak atas sampah-sampah yang belum sempat dibuang
Carik-carik kertas yang harus dibakar di tempatnya
Agar menyisakan ruang yang tertunda
Untuk diisi kembali
Setelah dijejali beragam harum bunga
Dia tersenyum konyol
Atas running text yang berjalan santai di keningnya
Mengantarkannya ke depan pintu sebuah mesin waktu virtual
Yang dia sadari, sangat sadar, bahwa tidak nyata
Namun kakinya tetap melangkah masuk
Menyaksikan seorang tua berjalan tertatih
Juga seorang jompo penyakitan
Mungkin itu adalah dia
Jika Tuhan mengizinkan usianya sampai
Meski dia tak mau
Kakinya berbelok
Ingin berjalan ke kiri, menyampaikan sedikit pesan
Walau dia sadar jika itu terjadi
Maka takkan ada lagi dia yang belum menjelajah waktu
Dia yang bahagia
Dia yang tertekan
Dia yang menahan rasa
Dia yang me-malaikat
Dia yang selalu berusaha sekuat tenaga mengusir prasangka, menghalau pedih
Dia yang begitu disayangi
Aku kasihan padanya
Aku juga bangga padanya
Aku bersedih untuknya
Aku juga menghadiahinya selamat atas kepuasan yang tak terukur
Dualisme yang begitu kuat menerjang pertahanan logika manusia
Yang lemah di hadapan Tuhannya
Merengek-rengek memohon usia berkah yang tak panjang
Agar dapat kembali
Di saat-saat terbaik dalam hidupnya
Jika saja boleh memilih...
Semoga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar