Pada posting kali ini saya ingin mendokumentasikan perjalanan kehamilan saya beserta hasil USG adek. Mengabadikan gitu deh ceritanya... Saya tulis ulang dalam bentuk postingan, berdasarkan jurnal kesehatan (pregnancy) adek yang sudah saya buat sebelumnya. Biar nanti adek bisa baca ketika sudah besar ya nak... :)
Ini hasil USG pertama tanggal 19 Oktober 2012. Saya ingat sehari sebelumnya saya jatuh dari motor pas mau nyacah SPAK. Kebetulan suami juga lagi pengawasan ke lapangan. Malamnya periksa ke dokter karena takut luka di kaki saya infeksi, badan saya juga terasa sakit semua. Dan memang saat-saat itu saya dalam posisi harus siaga, soalnya sudah terlambat haid. Beberapa kali sempat testpack tapi hasilnya selalu negatif. Entah apa karena alat testpack yang sebelumnya saya gunakan memang ecek-ecek atau karena memang ternyata saya belum hamil (sempat kecewa juga saya tiap liat garis satu, hiks). Pagi tanggal 19 Oktober saya testpack lagi dan subhanallah saya menemukan garis 2. Senang campur khawatir karena insiden jatuhnya saya dari motor kemarin. Makanya langsung USG hari itu juga di rumah sakit buat ngecek kondisi adek. Dari hasil USG, belum kelihatan apapun. Kata dsog-nya mungkin memang benar hamil, tapi saya diminta datang 2 minggu kemudian untuk melihat perkembangannya. Saat itu dokter meresepkan Folamil dan Gravynon untuk 10 hari. Sejak insiden saya jatuh dari motor itu, bertepatan dengan positif hamil, saya gak dibolehin lagi sama suami kemana-mana naik motor sendirian, kecuali terpaksa misalnya karena suami lagi gak ada.
Saya nangis-nangis, sedih gak ketulungan. Beneran... bahkan saya masih ingat dengan sangat jelas bagaimama detil perasaan saya waktu itu. Hehe, saya memang jago urusan flashback tentang perasaan. Beberapa hari setelah itu-pun saya kadang-kadang masih suka nangis sendiri. Tapi kemudian saya belajar banyak hal sejak hari itu.
Di rumah saya nangis, hiks hiks hiks hiks. Tentu saja di kamar, kan malu kalau kelihatan Zaim atau Budhenya. Suami memeluk saya sambil menghibur macam-macam. Bahwa kewajiban kita hanyalah berusaha semaksimal mungkin, sebaik mungkin menjaga dan memenuhi kebutuhan calon bayi. Sisanya serahkan pada Allah. Dialah yang akan menentukannya kemudian. Saya malah tambah sedih, mungkin lebih tepatnya khawatir sekali terhadap perkembangan janin saya. Besoknya saya mulai menjelajah dunia maya mengorek-ngorek info tentang kehamilan sebanyak mungkin.
Saya menemukan istilah blighted ovum a.k.a kehamilan kosong dimana ada kantong janin tapi janin tidak berkembang. Pada kasus seperti ini, biasanya dengan sendirinya janin akan luruh, keluar berupa flek atau gumpalan darah dari vagina. Mungkin sama halnya dengan keguguran gitu lah ya. Ada juga beberapa kasus yang harus dikuret, karena jika kehamilan diteruskan dikhawatirkan bayi tidak akan tumbuh sempurna. Kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi. Saya mencari referensi dari banyak kasus kehamilan di internet sambil terus berdoa agar Allah menentukan hal terbaik bagi saya dan janin saya.
Antara tak sabar tapi juga takut, saya menanti USG selanjutnya 1 bulan kemudian. Kebetulan dalam jangka waktu 1 bulan setelah USG kedua saya tidak mengalami keluhan apapun selain nafsu makan yang menguap entah kemana. Tak sabar ingin USG lagi untuk melihat perkembangan janin saya, sekaligus takut rasanya... takut mendapati kenyataan yang tidak saya harapkan. Bismillah, yang penting saya sudah berusaha sebaik yang saya bisa.
Ini hasil USG pertama tanggal 19 Oktober 2012. Saya ingat sehari sebelumnya saya jatuh dari motor pas mau nyacah SPAK. Kebetulan suami juga lagi pengawasan ke lapangan. Malamnya periksa ke dokter karena takut luka di kaki saya infeksi, badan saya juga terasa sakit semua. Dan memang saat-saat itu saya dalam posisi harus siaga, soalnya sudah terlambat haid. Beberapa kali sempat testpack tapi hasilnya selalu negatif. Entah apa karena alat testpack yang sebelumnya saya gunakan memang ecek-ecek atau karena memang ternyata saya belum hamil (sempat kecewa juga saya tiap liat garis satu, hiks). Pagi tanggal 19 Oktober saya testpack lagi dan subhanallah saya menemukan garis 2. Senang campur khawatir karena insiden jatuhnya saya dari motor kemarin. Makanya langsung USG hari itu juga di rumah sakit buat ngecek kondisi adek. Dari hasil USG, belum kelihatan apapun. Kata dsog-nya mungkin memang benar hamil, tapi saya diminta datang 2 minggu kemudian untuk melihat perkembangannya. Saat itu dokter meresepkan Folamil dan Gravynon untuk 10 hari. Sejak insiden saya jatuh dari motor itu, bertepatan dengan positif hamil, saya gak dibolehin lagi sama suami kemana-mana naik motor sendirian, kecuali terpaksa misalnya karena suami lagi gak ada.
Saya
masih ingat dengan jelas perasaan saya pada saat-saat itu. Jadi
ceritanya, saya selalu mencatat tanggal haid saya setiap bulan, dan
menurut catatan saya, pada tanggal 25 Agustus 2012 saya mendapat haid
yang normal. Maksudnya jumlah dan jenis darah yang keluar memang normal
seperti orang haid. Kemudian tanggal 8 September 2012 saya haid lagi,
tapi hanya semacam flek berwarna coklat dan berlangsung sekitar 7 hari.
Dibilang sedikit, ya gak dikit-dikit amat fleknya, tapi dibilang banyak
juga gak kayak darah haid biasanya. Waktu itu saya anggap itu sebagai
haid. Alhasil ketika sekitar tanggal 25-an September saya tidak haid,
saya masih anteng-anteng aja.
Tanggal 8 Oktober 2012 haid saya tak
kunjung datang. Saya mulai waswas. Lewat seminggu, tetap saja saya gak
haid-haid juga. Beberapa kali testpack selalu negatif. Jadinya saya
tenang-tenang aja, gak yang terlalu protect gimana gitu. Makanya ketika
testpack positif di tanggal 19 Oktober 2012, saya benar-benar cemas. Ya
Allah, sudah berapa lama saya hamil... Kalau benar hpht saya 25 Agustus,
berarti kehamilan saya hampir 2 bulan. Masya Allah... Kemana dan
ngapain aja saya 2 bulan ini. Bagaimana mungkin saya tidak peka terhadap
perubahan diri saya sendiri. Padahal suami saya sudah wanti wanti
supaya saya lebih hati-hati, lebih menjaga diri karena peluang bahwa
saya sedang hamil semakin besar. Malah suami saya yang lebih peka
terhadap perubahan fisik saya, juga selera makan saya yang turun
drastis. Berat badan saya saat itu hanya 48 kg, sempat 47 kg malahan.
Hiks hiks... Semoga adek baik-baik saja di dalam sana. Aamiin...
Ini foto USG kedua. Sekitar 2 minggu kemudian (tanggal 5 November 2012) saya USG
lagi. Lewat USG perut dokter belum bisa melihat janin saya. Akhirnya
saya USG transvaginal dan kelihatanlah kantong janin yang lumayan
besar, dimana janinnya sendiri hanya sebesar 1,1 cm. Ketika ditanya
hpht, saya ceritakanlah kondisi saya dan kata dokter kemungkinan yang
tanggal 8 September itu bukan haid. Dokter sempat bilang kok kecil
sekali janinnya, tidak sesuai dengan kantongnya yang sebesar itu. Juga
tidak sesuai dengan hpht. Rasanya... hancur sekali hati saya. Saya ingin
nangis saat itu juga. Mungkin memang emosi saya sedang tidak stabil,
saya sudah waswas sendiri sedari awal. Dokter sendiri terlihat tidak
yakin apakah janin saya berkembang normal atau tidak. Ketika akhirnya
dokter melihat hasil USG saya 2 minggu sebelumnya, kemudian dia berusaha
membesarkan hati saya dengan mengatakan bahwa mungkin benar saya
terlambat haid, tapi belum hamil. Kita lihat saja perkembangannya
kemudian, ini kan kehamilannya juga masih muda, kalau janinnya
berkembangnya sesuai pasti akan kelihatan bulan depan. Ah, tapi hati
saya terlanjur hancur dan sedih sesedih-sedihnya. Benar-benar bercampur
rasanya, khawatir, sedih dan... entah apa lagi. Di perjalanan pulang
pikiran saya sudah kemana-mana, dan begitu sampai di rumah saya tak lagi
sanggup menahan tangis.
Saya nangis-nangis, sedih gak ketulungan. Beneran... bahkan saya masih ingat dengan sangat jelas bagaimama detil perasaan saya waktu itu. Hehe, saya memang jago urusan flashback tentang perasaan. Beberapa hari setelah itu-pun saya kadang-kadang masih suka nangis sendiri. Tapi kemudian saya belajar banyak hal sejak hari itu.
Di rumah saya nangis, hiks hiks hiks hiks. Tentu saja di kamar, kan malu kalau kelihatan Zaim atau Budhenya. Suami memeluk saya sambil menghibur macam-macam. Bahwa kewajiban kita hanyalah berusaha semaksimal mungkin, sebaik mungkin menjaga dan memenuhi kebutuhan calon bayi. Sisanya serahkan pada Allah. Dialah yang akan menentukannya kemudian. Saya malah tambah sedih, mungkin lebih tepatnya khawatir sekali terhadap perkembangan janin saya. Besoknya saya mulai menjelajah dunia maya mengorek-ngorek info tentang kehamilan sebanyak mungkin.
Saya menemukan istilah blighted ovum a.k.a kehamilan kosong dimana ada kantong janin tapi janin tidak berkembang. Pada kasus seperti ini, biasanya dengan sendirinya janin akan luruh, keluar berupa flek atau gumpalan darah dari vagina. Mungkin sama halnya dengan keguguran gitu lah ya. Ada juga beberapa kasus yang harus dikuret, karena jika kehamilan diteruskan dikhawatirkan bayi tidak akan tumbuh sempurna. Kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi. Saya mencari referensi dari banyak kasus kehamilan di internet sambil terus berdoa agar Allah menentukan hal terbaik bagi saya dan janin saya.
Antara tak sabar tapi juga takut, saya menanti USG selanjutnya 1 bulan kemudian. Kebetulan dalam jangka waktu 1 bulan setelah USG kedua saya tidak mengalami keluhan apapun selain nafsu makan yang menguap entah kemana. Tak sabar ingin USG lagi untuk melihat perkembangan janin saya, sekaligus takut rasanya... takut mendapati kenyataan yang tidak saya harapkan. Bismillah, yang penting saya sudah berusaha sebaik yang saya bisa.
Ini hasil USG ketiga, tanggal 6 Desember 2012. Saya harap-harap cemas mengingat bulan lalu harus USG transvaginal. Alhamdulillah janin berkembang dan perkembangannya sesuai jika dibandingkan dengan hasil USG sebelumnya. Panjang janin 5,3 cm dari kepala sampai pantat. Usia kehamilan 12w5d. Ini usia perkiraan dari dsog dengan melihat hasil USG.
Setidaknya saya bisa bernafas lebih lega. Berarti janin saya tumbuh dan pertumbuhannya normal, dalam artian sesuai penambahannya dibanding sebulan yang lalu. Sampai disini dokter menganggap hasil USG yang lebih benar. Saya mendengar denyut jantung janin saya. Subhanallah, sekecil itu jantungnya bahkan sudah berdetak. Oh I love you baby, really love...
Saya diharuskan banyak mengkonsumsi protein untuk menopang perkembangan janin. Walaupun nafsu makan saya payah, saya harus semangat demi si kecil. Biarlah saya menjadi kurus (emang kenyataannya gitu loh T.T), atau nutrisi gak mau nempel di badan saya, yang penting anak saya sehat walafiat. Amiin Ya Allah...
USG keempat tanggal 7 Januari 2013. Hati saya sudah lebih tenang dan bersuka cita. Panjang adek sudah 11 cm dari kepala sampai pantat. Usia kehamilan 16w4d dan hpl 19 Juni 2013. Berat janin 166 gram. Denyut jantungnya OK. Perkembangan sesuai.
Alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Saya belajar banyak hal bahwa saya harus berpikiran positif. Setiap ibu hamil itu tidak sama. Mungkin ketika saya hamil kondisinya berbeda dengan ketika kakak saya atau adik ipar saya yang hamil. Saya membaca tabel bahwa rata-rata berat janin usia 16-17 minggu adalah 110 gram, panjang totalnya 16 cm dan rata-rata pertambahan berat badan ibu adalah 2,7 kg. Semuanya yang berhubungan dengan anak saya membuat saya lega, semua normal. Hanya saja, berat badan saya sendiri saat itu hanya 48 kg, gak nambah sama sekali. Boro-boro mau nambah 2,7 kg. Agak cemas juga jadinya. Apakah makan saya benar-benar kurang ya? Badan saya sendiri memang tidak berubah, gak ada bagian-bagian yang terus membesar gitu kayak bumil lain. Pergelangan tangan saya malah berasa tambah kecil. Hiks, menyedihkan. Tapi sekali lagi, yang membuat saya lega adalah janin saya perkembangannya normal. Dokter bilang, berarti setiap yang saya makan semuanya lari ke bayinya bukan ke ibunya. Semoga memang begitu adanya.
Bulan berikutnya (Februari 2013) saya tidak menjadwalkan untuk USG. Saya membaca beberapa artikel yang mengatakan bahwa sebenarnya terlalu sering USG tidak bagus untuk perkembangan janin. Ya, secara logika memang benar. Namanya saja teknologi, pasti akan ada efeknya jika digunakan secara berlebihan. Bahkan saya juga membaca bahwa rekomendasi WHO selama hamil sebaiknya hanya USG maksimal 4 kali jika kehamilan tidak bermasalah. Waduh, jadi keder juga...
Ngobrol-ngobrol sama beberapa orang, saya disarankan untuk setidaknya pernah ke bidan selama hamil. Kakak saya malah bilang gini, "Coba deh, selama ini kamu ke dsog pernah gak dokternya megang perut kamu?". Hmm, pas saya ingat-ingat lagi, memang gak pernah sih dsog-nya megang perut saya. Paling banter cuman nempelin alat USG ke perut saya. Trus, kata mereka lagi (mereka: beberapa teman kantor, kakak saya, ibu saya) kalau sama bidan konsultasinya bisa lebih intensif. Apa iya ya?
Terus terang saja saya agak-agak gimana gitu sama bidan. Bukannya ngeremehin, saya cuma takut ketemu bidan yang gak update sama ilmu pengetahuan. Ceritanya nih, saya sudah termakan isu gentle birth yang tadinya saya telan bulat-bulat. Saya ngeri melihat begitu banyak bidan yang masih menggunakan cara lama dalam menangani ibu melahirkan. Padahal obgyn juga banyak yang gak pro normal, terlepas dari berbagai motifnya.
Tanggal 8 Februari 2013 saya kontrol ke bidan. Ini satu-satunya bidan yang membuka klinik bersalin di kota saya. Bidan yang lain gak buka klinik, tapi melayani untuk datang ke rumah bagi ibu yang memilih melahirkan di rumah sendiri. Rekomendasinya sih bagus, saya diminta banyak2 istirahat, tidur siang minimal 2 jam (haduhhh, mana bisa working mom tidur siang 2 jam), juga banyak makan kacang-kacangan. Ini karena saya terlihat capek. Tekanan darah saya 100/70, masih sama seperti 2 bulan terakhir. Saya juga dibekali tablet tambah darah dan kalsium. Tapi, ternyata saya masih kurang puas.
Menurut cerita teman-teman, bidan akan mengukur rahim, juga memeriksa denyut jantung bayi. Tapi kok pas saya ke bidan gak ada tuh diukur2 perut saya. Malahan bidannya nanya selama ini kontrol kemana. Saya jawab saja nama dsog tempat saya rutin kontrol. Bidannya juga nanya menurut dsog-nya hpl saya kapan? Saya jawab 19 Juni 2013... eh, bidannya juga nulis hpl saya pertengahan Juni. Jadi gimana gitu...
Tanggal 15 Februari 2013 saya ke bidan yang lain. Bidan ini rekomendasi teman kantor saya. Nah, di bidan ini hpl saya dibuat 29 Mei 2013. Katanya semua normal. Saya khawatir karena merasa kok perut saya kecil terus, eh bidannya malah bilang bahwa untuk ukuran anak pertama perut saya termasuk besar loh. Lega deh... Yang saya suka juga nih, bidan ini ngajarin cara pijat payudara supaya ASI bisa keluar dan lancar. Katanya sejak sekarang saya harus rajin pijat payudara sebagai persiapan menyusui. Tentu saja saya semangat 45 menyimak. Saya bertekad ingin memberikan ASIX untuk adek, lanjut ASI dan MPASI sampai 2 tahun. Amiin, semoga bunda berhasil ya dek...
Oiya, 2 kali ke bidan saya disuruh imunisasi TT. Tapi sekian kali ke dsog kok gak ada ya dsog-nya nyuruh imunisasi TT. Saya kan jadi bingung dan ragu-ragu...
Cerita saya udah kepanjangan kayaknya nih. Loadingnya mulai lama. Udahan dulu ya dek, part 2 nanti dilanjut lagi ^_^