Selasa, 30 April 2013

-108- The Journey Of Pregnancy (Part 1)

Pada posting kali ini saya ingin mendokumentasikan perjalanan kehamilan saya beserta hasil USG adek. Mengabadikan gitu deh ceritanya... Saya tulis ulang dalam bentuk postingan, berdasarkan jurnal kesehatan (pregnancy) adek yang sudah saya buat sebelumnya. Biar nanti adek bisa baca ketika sudah besar ya nak... :)


Ini hasil USG pertama tanggal 19 Oktober 2012. Saya ingat sehari sebelumnya saya jatuh dari motor pas mau nyacah SPAK. Kebetulan suami juga lagi pengawasan ke lapangan. Malamnya periksa ke dokter karena takut luka di kaki saya infeksi, badan saya juga terasa sakit semua. Dan memang saat-saat itu saya dalam posisi harus siaga, soalnya sudah terlambat haid. Beberapa kali sempat testpack tapi hasilnya selalu negatif. Entah apa karena alat testpack yang sebelumnya saya gunakan memang ecek-ecek atau karena memang ternyata saya belum hamil (sempat kecewa juga saya tiap liat garis satu, hiks). Pagi tanggal 19 Oktober saya testpack lagi dan subhanallah saya menemukan garis 2. Senang campur khawatir karena insiden jatuhnya saya dari motor kemarin. Makanya langsung USG hari itu juga di rumah sakit buat ngecek kondisi adek. Dari hasil USG, belum kelihatan apapun. Kata dsog-nya mungkin memang benar hamil, tapi saya diminta datang 2 minggu kemudian untuk melihat perkembangannya. Saat itu dokter meresepkan Folamil dan Gravynon untuk 10 hari. Sejak insiden saya jatuh dari motor itu, bertepatan dengan positif hamil, saya gak dibolehin lagi sama suami kemana-mana naik motor sendirian, kecuali terpaksa misalnya karena suami lagi gak ada.

Saya masih ingat dengan jelas perasaan saya pada saat-saat itu. Jadi ceritanya, saya selalu mencatat tanggal haid saya setiap bulan, dan menurut catatan saya, pada tanggal 25 Agustus 2012 saya mendapat haid yang normal. Maksudnya jumlah dan jenis darah yang keluar memang normal seperti orang haid. Kemudian tanggal 8 September 2012 saya haid lagi, tapi hanya semacam flek berwarna coklat dan berlangsung sekitar 7 hari. Dibilang sedikit, ya gak dikit-dikit amat fleknya, tapi dibilang banyak juga gak kayak darah haid biasanya. Waktu itu saya anggap itu sebagai haid. Alhasil ketika sekitar tanggal 25-an September saya tidak haid, saya masih anteng-anteng aja.

Tanggal 8 Oktober 2012 haid saya tak kunjung datang. Saya mulai waswas. Lewat seminggu, tetap saja saya gak haid-haid juga. Beberapa kali testpack selalu negatif. Jadinya saya tenang-tenang aja, gak yang terlalu protect gimana gitu. Makanya ketika testpack positif di tanggal 19 Oktober 2012, saya benar-benar cemas. Ya Allah, sudah berapa lama saya hamil... Kalau benar hpht saya 25 Agustus, berarti kehamilan saya hampir 2 bulan. Masya Allah... Kemana dan ngapain aja saya 2 bulan ini. Bagaimana mungkin saya tidak peka terhadap perubahan diri saya sendiri. Padahal suami saya sudah wanti wanti supaya saya lebih hati-hati, lebih menjaga diri karena peluang bahwa saya sedang hamil semakin besar. Malah suami saya yang lebih peka terhadap perubahan fisik saya, juga selera makan saya yang turun drastis. Berat badan saya saat itu hanya 48 kg, sempat 47 kg malahan. Hiks hiks... Semoga adek baik-baik saja di dalam sana. Aamiin...


Ini foto USG kedua. Sekitar 2 minggu kemudian (tanggal 5 November 2012) saya USG lagi. Lewat USG perut dokter belum bisa melihat janin saya. Akhirnya saya USG transvaginal dan kelihatanlah kantong janin yang lumayan besar, dimana janinnya sendiri hanya sebesar 1,1 cm. Ketika ditanya hpht, saya ceritakanlah kondisi saya dan kata dokter kemungkinan yang tanggal 8 September itu bukan haid. Dokter sempat bilang kok kecil sekali janinnya, tidak sesuai dengan kantongnya yang sebesar itu. Juga tidak sesuai dengan hpht. Rasanya... hancur sekali hati saya. Saya ingin nangis saat itu juga. Mungkin memang emosi saya sedang tidak stabil, saya sudah waswas sendiri sedari awal. Dokter sendiri terlihat tidak yakin apakah janin saya berkembang normal atau tidak. Ketika akhirnya dokter melihat hasil USG saya 2 minggu sebelumnya, kemudian dia berusaha membesarkan hati saya dengan mengatakan bahwa mungkin benar saya terlambat haid, tapi belum hamil. Kita lihat saja perkembangannya kemudian, ini kan kehamilannya juga masih muda, kalau janinnya berkembangnya sesuai pasti akan kelihatan bulan depan. Ah, tapi hati saya terlanjur hancur dan sedih sesedih-sedihnya. Benar-benar bercampur rasanya, khawatir, sedih dan... entah apa lagi. Di perjalanan pulang pikiran saya sudah kemana-mana, dan begitu sampai di rumah saya tak lagi sanggup menahan tangis.

Saya nangis-nangis, sedih gak ketulungan. Beneran... bahkan saya masih ingat dengan sangat jelas bagaimama detil perasaan saya waktu itu. Hehe, saya memang jago urusan flashback tentang perasaan. Beberapa hari setelah itu-pun saya kadang-kadang masih suka nangis sendiri. Tapi kemudian saya belajar banyak hal sejak hari itu.

Di rumah saya nangis, hiks hiks hiks hiks. Tentu saja di kamar, kan malu kalau kelihatan Zaim atau Budhenya. Suami memeluk saya sambil menghibur macam-macam. Bahwa kewajiban kita hanyalah berusaha semaksimal mungkin, sebaik mungkin menjaga dan memenuhi kebutuhan calon bayi. Sisanya serahkan pada Allah. Dialah yang akan menentukannya kemudian. Saya malah tambah sedih, mungkin lebih tepatnya khawatir sekali terhadap perkembangan janin saya. Besoknya saya mulai menjelajah dunia maya mengorek-ngorek info tentang kehamilan sebanyak mungkin.

Saya menemukan istilah blighted ovum a.k.a kehamilan kosong dimana ada kantong janin tapi janin tidak berkembang. Pada kasus seperti ini, biasanya dengan sendirinya janin akan luruh, keluar berupa flek atau gumpalan darah dari vagina. Mungkin sama halnya dengan keguguran gitu lah ya. Ada juga beberapa kasus yang harus dikuret, karena jika kehamilan diteruskan dikhawatirkan bayi tidak akan tumbuh sempurna. Kekhawatiran saya semakin menjadi-jadi. Saya mencari referensi dari banyak kasus kehamilan di internet sambil terus berdoa agar Allah menentukan hal terbaik bagi saya dan janin saya.

Antara tak sabar tapi juga takut, saya menanti USG selanjutnya 1 bulan kemudian. Kebetulan dalam jangka waktu 1 bulan setelah USG kedua saya tidak mengalami keluhan apapun selain nafsu makan yang menguap entah kemana. Tak sabar ingin USG lagi untuk melihat perkembangan janin saya, sekaligus takut rasanya... takut mendapati kenyataan yang tidak saya harapkan. Bismillah, yang penting saya sudah berusaha sebaik yang saya bisa.


Ini hasil USG ketiga, tanggal 6 Desember 2012. Saya harap-harap cemas mengingat bulan lalu harus USG transvaginal. Alhamdulillah janin berkembang dan perkembangannya sesuai jika dibandingkan dengan hasil USG sebelumnya. Panjang janin 5,3 cm dari kepala sampai pantat. Usia kehamilan 12w5d. Ini usia perkiraan dari dsog dengan melihat hasil USG.

Setidaknya saya bisa bernafas lebih lega. Berarti janin saya tumbuh dan pertumbuhannya normal, dalam artian sesuai penambahannya dibanding sebulan yang lalu. Sampai disini dokter menganggap hasil USG yang lebih benar. Saya mendengar denyut jantung janin saya. Subhanallah, sekecil itu jantungnya bahkan sudah berdetak. Oh I love you baby, really love... 

Saya diharuskan banyak mengkonsumsi protein untuk menopang perkembangan janin. Walaupun nafsu makan saya payah, saya harus semangat demi si kecil. Biarlah saya menjadi kurus (emang kenyataannya gitu loh T.T), atau nutrisi gak mau nempel di badan saya, yang penting anak saya sehat walafiat. Amiin Ya Allah...


USG keempat tanggal 7 Januari 2013. Hati saya sudah lebih tenang dan bersuka cita. Panjang adek sudah 11 cm dari kepala sampai pantat. Usia kehamilan 16w4d dan hpl 19 Juni 2013. Berat janin 166 gram. Denyut jantungnya OK. Perkembangan sesuai.

Alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Saya belajar banyak hal bahwa saya harus berpikiran positif. Setiap ibu hamil itu tidak sama. Mungkin ketika saya hamil kondisinya berbeda dengan ketika kakak saya atau adik ipar saya yang hamil. Saya membaca tabel bahwa rata-rata berat janin usia 16-17 minggu adalah 110 gram, panjang totalnya 16 cm dan rata-rata pertambahan berat badan ibu adalah 2,7 kg. Semuanya yang berhubungan dengan anak saya membuat saya lega, semua normal. Hanya saja, berat badan saya sendiri saat itu hanya 48 kg, gak nambah sama sekali. Boro-boro mau nambah 2,7 kg. Agak cemas juga jadinya. Apakah makan saya benar-benar kurang ya? Badan saya sendiri memang tidak berubah, gak ada bagian-bagian yang terus membesar gitu kayak bumil lain. Pergelangan tangan saya malah berasa tambah kecil. Hiks, menyedihkan. Tapi sekali lagi, yang membuat saya lega adalah janin saya perkembangannya normal. Dokter bilang, berarti setiap yang saya makan semuanya lari ke bayinya bukan ke ibunya. Semoga memang begitu adanya.

Bulan berikutnya (Februari 2013) saya tidak menjadwalkan untuk USG. Saya membaca beberapa artikel yang mengatakan bahwa sebenarnya terlalu sering USG tidak bagus untuk perkembangan janin. Ya, secara logika memang benar. Namanya saja teknologi, pasti akan ada efeknya jika digunakan secara berlebihan. Bahkan saya juga membaca bahwa rekomendasi WHO selama hamil sebaiknya hanya USG maksimal 4 kali jika kehamilan tidak bermasalah. Waduh, jadi keder juga...

Ngobrol-ngobrol sama beberapa orang, saya disarankan untuk setidaknya pernah ke bidan selama hamil. Kakak saya malah bilang gini, "Coba deh, selama ini kamu ke dsog pernah gak dokternya megang perut kamu?". Hmm, pas saya ingat-ingat lagi, memang gak pernah sih dsog-nya megang perut saya. Paling banter cuman nempelin alat USG ke perut saya. Trus, kata mereka lagi (mereka: beberapa teman kantor, kakak saya, ibu saya) kalau sama bidan konsultasinya bisa lebih intensif. Apa iya ya?

Terus terang saja saya agak-agak gimana gitu sama bidan. Bukannya ngeremehin, saya cuma takut ketemu bidan yang gak update sama ilmu pengetahuan. Ceritanya nih, saya sudah termakan isu gentle birth yang tadinya saya telan bulat-bulat. Saya ngeri melihat begitu banyak bidan yang masih menggunakan cara lama dalam menangani ibu melahirkan. Padahal obgyn juga banyak yang gak pro normal, terlepas dari berbagai motifnya.

Tanggal 8 Februari 2013 saya kontrol ke bidan. Ini satu-satunya bidan yang membuka klinik bersalin di kota saya. Bidan yang lain gak buka klinik, tapi melayani untuk datang ke rumah bagi ibu yang memilih melahirkan di rumah sendiri. Rekomendasinya sih bagus, saya diminta banyak2 istirahat, tidur siang minimal 2 jam (haduhhh, mana bisa working mom tidur siang 2 jam), juga banyak makan kacang-kacangan. Ini karena saya terlihat capek. Tekanan darah saya 100/70, masih sama seperti 2 bulan terakhir. Saya juga dibekali tablet tambah darah dan kalsium. Tapi, ternyata saya masih kurang puas.

Menurut cerita teman-teman, bidan akan mengukur rahim, juga memeriksa denyut jantung bayi. Tapi kok pas saya ke bidan gak ada tuh diukur2 perut saya. Malahan bidannya nanya selama ini kontrol kemana. Saya jawab saja nama dsog tempat saya rutin kontrol. Bidannya juga nanya menurut dsog-nya hpl saya kapan? Saya jawab 19 Juni 2013... eh, bidannya juga nulis hpl saya pertengahan Juni. Jadi gimana gitu...

Tanggal 15 Februari 2013 saya ke bidan yang lain. Bidan ini rekomendasi teman kantor saya. Nah, di bidan ini hpl saya dibuat 29 Mei 2013. Katanya semua normal. Saya khawatir karena merasa kok perut saya kecil terus, eh bidannya malah bilang bahwa untuk ukuran anak pertama perut saya termasuk besar loh. Lega deh... Yang saya suka juga nih, bidan ini ngajarin cara pijat payudara supaya ASI bisa keluar dan lancar. Katanya sejak sekarang saya harus rajin pijat payudara sebagai persiapan menyusui. Tentu saja saya semangat 45 menyimak. Saya bertekad ingin memberikan ASIX untuk adek, lanjut ASI dan MPASI sampai 2 tahun. Amiin, semoga bunda berhasil ya dek...

Oiya, 2 kali ke bidan saya disuruh imunisasi TT. Tapi sekian kali ke dsog kok gak ada ya dsog-nya nyuruh imunisasi TT. Saya kan jadi bingung dan ragu-ragu...

Cerita saya udah kepanjangan kayaknya nih. Loadingnya mulai lama. Udahan dulu ya dek, part 2 nanti dilanjut lagi ^_^

Jumat, 26 April 2013

-107- Extra Fooding dan Berita Kematian


Extra fooding di kantor minggu ini. Kok ya kebetulan sekali, sudah beberapa hari ini saya pengen bubur kacang ijo, tapi tiap ke pasar yang sempatnya cuman sore hari, gak nemu kacang ijo yang bagus. Berhubung sudah sore, jadinya toko yang masih buka sudah terbatas...

Eh, tapi jangan salah ya. Kalo biskuit regal yang nongol dikit itu saya bawa sendiri dari rumah. Minumnya juga. Saya agak-agak gimana gitu kalo pake gelas atopun piring di kantor yang saya gak tau nyucinya gimana. Geli... Itu aja piring dan sendok buat kacang ijonya saya siram dulu pake air panas. Hihihi...

Tadinya saya pengen cerita tentang kematian. Efek sampe kantor trus orang-orang heboh bilang bahwa Uje meninggal dunia. Tadi pagi saya gak pake acara mantengin TV dulu sih, jadinya gak tau ada berita itu. Begitu tau, langsung lah saya buka mozilla dan cari informasi. Gak usah jauh-jauh, di fb aja orang-orang banyak yang posting link beritanya.

Trus kok gak jadi mau cerita tentang kematian? Hmm, saya malah jadi sedih kalo cerita tentang itu. Tahun ini saja ada dua keluarga saya yang meninggal, dan... saya gak bisa pulang kampung. Waktu ibu telpon dan bilang bahwa uwak (kakaknya bapak saya) meninggal, sambil nangis pula, praktis saya juga langsung nangis. Kaget... Juga waktu ibu telpon dan bilang bahwa nenek saya yang meninggal, pikiran saya langsung kemana-mana. Suram rasanya. Mau pulang, rasanya kok agak memaksakan diri mengingat waktu itu usia kehamilan saya masih sekian minggu dan masih agak rentan, masih sering berasa capek. Saya ingat mau membelikan nenek saya daster dan belum terealisasikan. Hiks hiks, sedihnya Ya Allah... Saya berdoa banyak sekali untuk nenek dan juga uwak. Mungkin dengan begitu akan lebih berguna buat mereka dibandingkan jika saya hanya menyesali diri, bersedih hati karena jarak yang jauh gak bisa nengok. Hiks... tuh kan saya sedih lagi. Sudah lama sekali gak ketemu nenek dan uwak, eh malah denger kabar mereka berpulang T.T

Beneran saya jadi sedih... Kita cerita tentang bubur kacang ijo saja lah kalau begitu. Bubur kacang ijo kali ini lumayan pas rasanya dibanding beberapa minggu lalu. Tapi tetap saja saya lebih suka bubur kacang ijo buatan sendiri. Saya tau gimana masaknya, dikasi apa aja, juga manisnya yang pas. Saya juga bukan penyuka santan, jadinya di rumah seringan kalo bikin bubur kacang ijo gak pake santan. Biar gak kolesterol juga :)

Cerita apa lagi ya? Kayaknya udah dulu cerita tentang bubur kacang ijonya. Emak-emak di kantor pada cerita tentang ASI. Lebih menarik, hehehe.... Dah dulu ya :)


Jumat, 12 April 2013

-106- Semoga Tak Kembali Sungsang

Ceritanya saya udah gak sabaran pengen USG lagi bulan ini. Bulan kemarin saya USG tanggal 4 Maret, dan dikatakan usia kehamilan saya sudah memasuki minggu ke-25. Waktu itu posisi dedek (ini kata Mamas Aim, "Bunda, adek tu nanti manggilnya dedek...") masih sungsang. Posisi kepala masih di atas. Alhasil saya diajarin sujud sama dsog-nya, sesering-seringnya dan selama-lamanya yang saya sanggup. Katanya bulan depan harusnya posisi kepala adek sudah di bawah.

Hmm, pantesan sebelumnya saya sering ngerasa agak nyeri di bawah dada kanan. Saya sempat agak mengira-ngira sendiri, apa saya kena maag ya. Sering agak sesak juga rasanya. Rupanya kata ibu saya, memang begitulah kalo posisi bayi sungsang. Karena kepalanya masih di atas makanya terasa sesak kayak ada yang mengganjal.

Oiya, saya mau cerita dulu sedikit ya tentang ibu saya. Kebetulan ibu melahirkan saya dan adik saya dengan posisi sungsang. Tapi lahirnya normal loh. Kata ibu, dulu pas hamil saya, pas udah tau sungsang, ibu disuruh sujud terus, dan udah sujud terus menerus juga tetap sungsang sayanya. Mau gimana lagi, dilahirkanlah saya dalam kondisi sungsang, bokongnya (maaf) yang keluar duluan. Hehehe... Adik saya juga sama sungsangnya dan normal. Makanya kami berdua sakti mandraguna. Hahaha, kata orang-orang sih, bayi sungsang itu istimewa. Padahal setiap bayi pasti istimewa kan ya...

Okeh, balik lagi deh ke cerita saya tadi. Bulan lalu pas USG dan posisi dedek masih sungsang, jenis kelaminnya juga belum ketahuan, pahanya ditutup. Hihihi mungkin dedek malu kali ya, soalnya ayahnya penasaran sekali sama jenis kelamin dedek. Saya juga sih, tapi gak begitu, laki-laki atau perempuan sama saja buat saya, yang penting dedek sehat walafiat lahir batin, tidak kurang suatu apapun. Amiin...

Nah, bulan ini sudah sejak tanggal 3 April kemarin saya dan suami berencana USG lagi. Eh malahan dokternya gak praktek. Besoknya tanggal 4 April mati listrik. Besoknya lagi ke dokter habis magrib, eh bertepatan dengan dokternya mau pulang. Mungkin pasiennya gak banyak, soalnya sore itu hujan lumayan deras. Mau nungguin hari Senin pas dokternya praktek lagi, kok ya rasanya kelamaan. Akhirnya ngikutin saran dokter, USG di rumah sakit aja besoknya pas hari Sabtu. Hmm, saya lebih suka periksa di tempat prakteknya bu dokter daripada di rumah sakit, padahal dengan dokter yang sama loh. Nggak tau kenapa. Tapi, kalau USG-nya di rumah sakit, ya rugi dong kalo gak memanfaatkan Askes, hehe... Oiya, yang saya suka disini, walaupun dsog-nya cuman ada 1 se kabupaten ini, dsog-nya perempuan euy. Nyaman kan... Makanya saya belum bisa membayangkan kalau harus periksa hamil sama dsog yang laki-laki. Dan sampai sekarang saya belum memutuskan akan melahirkan dimana. Hiks...

Sebenarnya saya mau cerita apa sih? Nothing's specific kok.. Cuma pengen ngasitau dunia, bahwa saya lagi bahagia banget menjalani hari-hari dimana ada yang bergerak-gerak di dalam perut saya. Saya bisa hamil, merasakan janin yang tumbuh, spesial sekali rasanya. Dan setelah USG tanggal 5 April kemarin, ternyata posisi kepala dedek sudah di bawah. Alhamdulillah... Makasih ya dek, dedek pintar sekali sudah ngikutin kata-kata Bunda, Ayah dan Mas Aim yang berulang-ulang bilang sama dedek supaya muter. Jangan muter lagi ke atas ya dek, sehat-sehat terus, dan bantu Bunda biar bisa lahiran dengan normal dan lancar :)

Sekarang tanggal 12 April, dan menurut perkiraan dokter, usia kehamilan saya sudah 30 minggu. Saya sempat agak khawatir karena berat badan saya yang cuman naik sedikit, paling-paling 5 kg saja. Badan saya sendiri cenderung lebih kurus. Kata dokter, itu berarti semua yang saya makan larinya ke dedek, bukan ke bundanya. Mungkin saya juga makannya kurang banyak kali yah. Hiks, kadang sedih sendiri, takut nanti kebutuhan dedek di dalam sana kurang tercukupi. Tapi ya saya harus menjaga pikiran positif tetap berada dalam diri saya. Saya percaya itu. Yang penting kan saya tetap berusaha sebaik mungkin.

Wah, saya jadi ingat mau mengabadikan hasil USG dedek. Biar nanti dedek bisa lihat kalau sudah besar, hehe... Posting berikutnya sajalah ya :)