Copas dari note fb-nya teman, like this banget deh...
Ini source-nya http://m.facebook.com/note.php?note_id=10150756644408360&refid=22&_rdr#10150762651273360
Saya suka sekali dengan tulisan ini. Kalau suami saya mengibaratkan keluarga adalah bola-bola kaca yang ketika jatuh maka ia akan pecah. Sedangkan pekerjaan, karir, dan sejenisnya merupakan bola-bola karet yang ketika jatuh ia masih bisa melambung lagi, bahkan lebih tinggi. Bola-bola kaca, kata suami saya, atau bola-bola golf, kata tulisan di atas, memang tak ternilai harganya, tak bisa tergantikan oleh apapun.
Ah, terus terang kangen saya pada ibu bapak semakin menjadi2. Allah mohon beritahu mereka bahwa saya sayang, sangat sayang, meski sekarang saya jadi jarang pulang (hiks hiks, tuh kan jadi sedih... T.T). Allah saya tau Engkau Maha Tau, bahwa saya menyayangi mereka dalam doa, dalam hela napas, dalam usaha keras membangun keluarga saya, dalam perjuangan berat untuk ikhlas menjaga setiap amanah, dalam hati ini. Allah saya tau Engkau Maha Adil, saya yakin Engkau yang akan menjaga mereka, lahir batin, jiwa raga, meski saya tak disana. Bahagiakan jiwa mereka, sehatkan raga mereka, tenteramkan hati mereka dan mohon ridhoi kami, anak-anaknya, agar senantiasa menjadi penyejuk hati dan penambah amal mereka. Amiin...
Ini source-nya http://m.facebook.com/note.php?note_id=10150756644408360&refid=22&_rdr#10150762651273360
Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa barang di depan mejanya. Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mengambil sebuah toples mayones kosong yang besar dan mulai mengisi dengan bola-bola golf.
Kemudian dia berkata pada para muridnya, apakah toples itu sudah penuh? Mahasiswa menyetujuinya.
Kemudian professor mengambil sekotak batu koral dan menuangkannya ke dalam toples. Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf.
Kemudian dia bertanya pada para muridnya, Apakah toples itu sudah penuh? Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh.
Selanjutnya profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples... Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sudah penuh? Para murid dengan suara bulat berkata, "Yaa!"
Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir.
Para murid tertawa...
"Sekarang," kata profesor ketika suara tawa mereda, "Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu."
"Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting - Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat. Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh."
"Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil."
"Pasir adalah hal-hal yang lainnya - hal-hal yg sepele."
"Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples," lanjut profesor, "Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu koral ataupun untuk bola-bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu."
"Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian"
"Jadi..."
"Berilah perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu. Bermainlah dengan anak-anakmu.Luangkan waktu untuk check up kesehatan.Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam. Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah, dan memperbaiki mobil atau perabotan."
"Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf - Hal-hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya."
Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kalau Kopi yg dituangkan tadi mewakili apa?" Profesor tersenyum, "Saya senang kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat." :-)
Saya suka sekali dengan tulisan ini. Kalau suami saya mengibaratkan keluarga adalah bola-bola kaca yang ketika jatuh maka ia akan pecah. Sedangkan pekerjaan, karir, dan sejenisnya merupakan bola-bola karet yang ketika jatuh ia masih bisa melambung lagi, bahkan lebih tinggi. Bola-bola kaca, kata suami saya, atau bola-bola golf, kata tulisan di atas, memang tak ternilai harganya, tak bisa tergantikan oleh apapun.
Ah, terus terang kangen saya pada ibu bapak semakin menjadi2. Allah mohon beritahu mereka bahwa saya sayang, sangat sayang, meski sekarang saya jadi jarang pulang (hiks hiks, tuh kan jadi sedih... T.T). Allah saya tau Engkau Maha Tau, bahwa saya menyayangi mereka dalam doa, dalam hela napas, dalam usaha keras membangun keluarga saya, dalam perjuangan berat untuk ikhlas menjaga setiap amanah, dalam hati ini. Allah saya tau Engkau Maha Adil, saya yakin Engkau yang akan menjaga mereka, lahir batin, jiwa raga, meski saya tak disana. Bahagiakan jiwa mereka, sehatkan raga mereka, tenteramkan hati mereka dan mohon ridhoi kami, anak-anaknya, agar senantiasa menjadi penyejuk hati dan penambah amal mereka. Amiin...