Selasa, 24 Agustus 2010

-71- Menggali Ukhuwah Masa Lalu *)

Kamis, 16 November 2006, 24 Syawal 1427 H
(07.05 pm)

Hmm, lama aku gak nulis. Tadi sore aku ngenet ry... tanpa sengaja aku baca blog-nya seorang teman. Entah kenapa perasaanku jadi terasa... entahlah, aku sendiri gak terlalu yakin bagaimana mendefinisikannya, apa namanya, seperti apa rasanya. Pokoknya aku hanya ingin menangis. Bukan karena apa yang ia tulis di situ, melainkan karena hal lain yang kemudian terpikirkan olehku setelah membacanya. Dan lagi-lagi aku gak tahu apa hal lain itu. Yang aku tahu hanyalah bahwa itu adalah tentang diriku dan bukan tentang orang lain.

Kadang aku merasa begitu capek ry... aku juga gak tahu apa yang membuatku capek (yang jelas bukan karena aku abis nyangkul di sawah...). Aku capek dengan keseharianku. Aku capek harus menjadi akhwat. Aku capek. Tapi aku ingin jadi muslimah solehah. Adakah cara untuk menjadi wanita solehah tanpa harus menjadi seorang akhwat?? Aku lelah. Aku lelah dengan perasanku. Aku lelah dengan orang-orang alias akhwat-akhwat di sekitarku. Apakah aku kecewa? Bisa jadi.

Aku sering berpikir, seperti apa ukhuwah itu? Apakah hanya sekedar kata untuk mendefinisikan hubungan persahabatan karena Allah? Kalaupun iya... apakah memang benar-benar begitu? Yang aku tahu adalah bahwa kata ukhuwah itu sering digunakan oleh orang-orang yang (mungkin) menyebut diri mereka ikhwan atau akhwat alias ikhwah. Tak masalah dari jamaah alias harokah mana mereka berasal. Pokoknya kata itu terbilang baru dalam kamusku. Usianya mungkin hampir 4 tahun. Yah, sejak aku masuk kuliah, lalu mengenal para ikhwan akhwat, berinteraksi dengan mereka, juga kadang ikut masuk dalam dunia mereka. Apakah aku sendiri juga pantas disebut akhwat? Layakkah aku? Tolong ry... definisikan padaku apa itu akhwat!

Ukhuwah. Apakah persahabatan itu sama dengan ukhuwah? Apakah saling senyum, salam-salaman, cipika cipiki kalo ketemu adalah ukhuwah? Apakah hubungan sesama temen-temen liqo adalah ukhuwah? Apakah syuro bareng, dsb bisa disebut ukhuwah? Lalu bagaimana ciri-cirinya? Apakah kalau 1 barang adalah milik bersama adalah ukhuwah? Apakah itu ukhuwah jika mengucapkan kata2 afwan ketika tidak bisa menepati suatu janji? Apakah ukhuwah itu hanya sesama mereka yang berhijab panjang? Kalau bukan itu jawabannya, lalu apakah ukhuwah itu? Tapi kalau memang benar itu jawabannya, apakah aku sudah merasakan dan menikmati ukhuwah yang katanya indah itu? Apakah dulu ketika aku gak punya teman akhwat berjilbab (apalagi berjilbab panjang) melainkan teman2 yang belum berhijab bisa disebut ukhuwah? Apakah orang-orang yang berhijab itu begitu istimewa? Huh, aku capek sendiri kalau harus memikirkan hal itu. Kadang aku benci dengan yang namanya akhwat. Tapi terkadang juga aku salut abiz sama mereka. Aku sering menyalahkan diriku sendiri, kenapa aku tidak pernah selalu berpikir bahwa mereka bukan malaikat. Mereka bukan manusia tanpa dosa. Mereka punya hawa nafsu yang bisa membuatnya khilaf.

Sekarang aku sudah tingkat IV semester 7. Seorang Noveria Dwiyandari yang sudah berhijab (Insya Allah syar’i), ngaji, kadang2 ikut syuro... pokoknya duniaku dikelilingi oleh para akhwat (maksudnya di lingkunganku sekarang kebanyakan akhwatnya). Yah... minimal aku dikelilingi oleh orang2 baik lah. Meskipun bukan akhwat (siapa ya yg ngomong gitu?) tapi mereka lebih dari baik. Sekarang aku berhadapan dengan pihak-pihak yang mungkin antipati dengan yang namanya akhwat. Yang ngomongin kalo akhwat itu muna’ lah, akstrem lah, eksklusif lah. Huh... Capeknya lagi aku gak tahu sebenarnya aku berdiri di mana, namun jujur saja, instingku sering mengarahkanku untuk membela mereka.

Dulu, tiga setengah tahun yang lalu aku berdiri di barisan orang2 itu. Aku menganggap kalo akhwat itu agak nyebelin, muna’, ga gaul, eksklusif (temennya itu2 aja), gak asyik, juga gak pinter. Sekarang... meskipun ada beberapa anggapan yang kemudian terkikis, namun belum terkikis seluruhnya. Eksklusif? Masalah klasik kaleee ya... Aku sering ngeliat kalo mereka tuh cuma suka ngobrol sesama mereka aja (ini yg sedang aku komentari adalah mereka-mereka yang tergolong akhwat tingkat tinggi). Tapi kalo sama orang-orang umum (istilahnya ammah)... wuih baiknya minta ampun. Yah istilahnya objek dakwah lah. Itupun menurutku ga seluruhnya dibaikin. Kalo dikira dah yang susah banget gitu dideketin, ya biasa2 aja juga. Umumnya seh para ammah yang kalem, ataupun yang sejenis itu yang bakal dideketin. Repotnya adalah orang-orang yang seperti aku. Mereka gak menyebut aku ammah, tapi aku juga bukan akhwat tingkat tinggi. So, dijadiin objek dakwah (sehingga didekati) enggak, tapi ngomongin hal2 yg berbau amniah (istilahnya mereka ne...) juga enggak mungkin. Capek degh... Lebih capeknya lagi, aku banyak tahu hal2 amniah yang mereka lakukan. Aku tahu banyak hal, bahkan hal-hal yang mereka sendiri pun tidak akan menyangka kalo aku tahu. So... kebayang ga seh betapa ga enaknya. BETE degh...

Dah dulu ya ry... aku dah mulai BETE jadinya ne.

*) Diambil langsung dari catatan harian pribadi

***

Iseng kubaca lagi catatan harian pribadiku sejak dulu kala. Penuh kenangan. Ada yang lucu, menyebalkan, menyedihkan, juga menyenangkan. Biarlah rangkaian huruf2 itu tetap tertata rapi di tempatnya, untuk dapat dibaca kembali bertahun2 setelahnya. Begitulah aku dan masa laluku ^^

2 komentar:

  1. jadi inget masa lalu....
    inget pembicaraan kita wee...
    akhwat?kalo aku kayaknya cenderung ke cewek biasa deh...yang penting kita berusaha untuk menjadi dan menjadilebih baik lagi..^_^

    BalasHapus
  2. Hehe, kemaren tu iseng2 ngebaca catatan2 pribadi jaman dulu. Sama seperti dulu mb, aku tetap memilih menjadi diri sendiri :)

    BalasHapus