Rabu, 21 Januari 2009

-3- Lima Pelajaran Moral

Sekitar satu tahun yang lalu, aku tidak ingat kapan persisnya, waktu itu aku dalam perjalanan balik lagi ke Jakarta setelah libur lebaran. Pikiranku mengembara, merasa aku sudah tua karena satu minggu lagi aku diwisuda... dan... welcome 2 d jungle... Selamat menempuh dunia kerja yang ‘katanya’ jauh dari angan-angan idealis mahasiswa polos seperti aku. Halah... sok polos.

Bangku di deretan sebelahku diisi oleh seorang cowo, masih muda, tapi sepertinya lebih tua beberapa tahun dariku. Seperti biasa, aku mulai menganalisis objek yang saat itu sedang menjadi sasaranku. Wajahnya... wah, aku kurang tahu. Posisi duduknya sejajar di sebelahku. Jadi kan gak mungkin aku noleh, trus ngeliatin wajahnya. Enggak banget... biarlah masalah wajah ditunda dulu. Gaya berpakaiannya... hmm, tipikal mahasiswa, tapi berhubung (menurutku) dia lebih tua beberapa tahun dariku, maka pastinya dia sudah lulus kuliah, dan aku yakin juga sudah bekerja. Dilihat dari style-nya, hmm... sepertinya masih single. Dan melihat sandalnya... keliatannya kok ikhwan yah (loh kok??), hehehe.

Aku sudah selesai dengan kegiatan analisis subjektifku. Lalu apa lagi? Udah... selanjutnya ya biasa saja. Aku kembali mengembarakan pikiranku sampai kemudian tertidur. Memang, yang paling enak dilakukan selama perjalanan adalah tidur.

Menjelang isya bus berhenti untuk istrahat. Berhubung aku tidak sedang ingin makan, maka aku turun sekedar buat beli coklat. Ummm, aku benar-benar suka coklat ^_^. Sebelum bus kembali berangkat, cowo tadi sempat menyapaku, lalu kami ngobrol sedikit. Dari obrolan singkat itulah, aku tahu bahwa cowo tersebut adalah kakak tingkatku di SMU dulu, lulusan tahun 1999 (4 tahun di atasku), kuliah di Unsri, tapi sudah lulus, dan sekarang sudah bekerja. Aku gak tahu kerja dimana, coz aku gak minat untuk bertanya lebih lanjut. Bahkan, wajahnya pun aku lupa. Hmm, godhul bashor ku kali ini pantas kuacungi jempol. Tumben, hehe...

Tengah malam bus mulai memasuki kapal, lalu meninggalkan Pelabuhan Bakahuni menuju Merak. Aku ingin sekali melanjutkan tidurku, tapi percakapan telepon cowo bahan analisisku tadi lebih menarik untuk disimak. Sebenarnya, sudah sejak tadi dia bicara lewat ponselnya. Begitulah, memanfaatkan gratisan Indosat (pada saat itu), membangunkan teman-temannya untuk menemaninya ngobrol dalam perjalanannya. Namun, pembicaraannya kali ini menarik minatku untuk menyiagakan telinga. Sepertinya, lawan bicaranya di seberang sana adalah seorang cowo juga, teman kuliahnya dulu.

Obrolan mereka berkisar banyak hal, mulai dari reunian pas lebaran kemarin, sampai bisnis otomotif yang digeluti Murobbinya sekarang. Nah, dari sini aku tahu bahwa cowo ini ngaji (baca: ikhwan). Lalu... bukan cowo namanya kalo sama sekali gak ngomongin cewe (terutama akhwat).

Sekarang aku sebut Si Cowo dengan Ikhwan A, dan lawan bicaranya adalah Ikhwan B. Mereka sedang membahas tentang adik kelas mereka waktu SMU dulu, seorang akhwat yang kerja di sebuah bank konvensional setelah lulus kuliah (kebetulan aku tahu akhwat yang dimaksud). Ikhwan A sangat menyayangkan akhwat tersebut menikah dengan teman seangkatannya, yang menurutnya tidak pantas mendapatkan Sang Akhwat. Menurutnya, akhwat tersebut bisa mendapatkan suami yang lebih baik, yang berlabel ikhwan, dan juga ngaji. Sangat disayangkan akhwat sekaliber adik tingkatnya tersebut berdampingan dengan cowo yang biasa-biasa saja, bahkan tidak terlalu mengenal Islam. Begitulah menurutnya...

Pelajaran moral nomor 1... untuk apa mengurusi siapa yang dipilih oleh orang lain sebagai pendamping hidupnya. Apakah itu salah satu cara menyalurkan hasrat yang tidak tersampaikan? ^_^

Selanjutnya, percakapan berubah... tapi tetap seputar akhwat. Ikhwan A dan Ikhwan B membicarakan tentang akhwat-akhwat di sekitar mereka. Ceritanya, ni ikhwan pengen mencari akhwat yang berdomisili di kota asalnya untuk jadi pendamping hidupnya. Percakapan mereka sangat panjang, sampai pada potongan berikut:
Ikhwan A: “Emang siapa aja siy teman-teman di tempat kita yang akhwat?”
Ikhwan B: “....”
Ikhwan A: “Eh, Si X juga akhwat... trus Si Z juga.”
Ikhwan B: “....”
Ikhwan A: “Udah siy...gak ada lagi yang akhwat, cuma sedikit itu aja. Kalo yang lainnya siy... BIASA-BIASA AJA.”

Pelajaran moral nomor 2... Cewe-cewe, Anda akan selalu menjadi bahan pembahasan kaum Adam, lalu secara sepihak Anda akan dianugerahi grade tertentu. Ooh, wahai kaum Adam, aku sebagai kaum Hawa gak akan protes atas grade yang kalian anugerahkan, asalkan kalian sudah punya sertifikat RESMI untuk menilai.

Pembicaraan berlanjut. Dari suara Ikhwan A yang kudengar (aku gak bisa dengar Ikhwan B ngomong), mereka sedang membahas mengenai kisah hidup Ikhwan B. Ceritanya Ikhwan B pernah berproses dengan seorang akhwat yang sekampus dan seangkatan dengan mereka dulu, tapi gak tahu kenapa, Ikhwan B menolak. Lalu terjadilah penggalan obrolan berikut:
Ikhwan A: “Akhwat yang mana siy B?”
Ikhwan B: “....”
Ikhwan A: “Teknik elektro? Yang mana yah?”
Ikhwan B: “....”
Ikhwan A: “Akhwat idola, di elektro... siapa siy? Kok aku gak tahu...”
Ikhwan B: “....”
Ikhwan A: “Udah...intinya aja degh... CAKEP gak?”
Ikhwan B: “....”
Ikhwan A: “Kenapa gak mau? Kalo gak mau, buat aku aja...”

Pelajaran moral nomor 3... seakhwat-akhwatnya cewe, pertanyaan inti dari seorang ikhwan tetep aja, “CAKEP gak?”. Trus kalo cakep, akhwat akan punya posisi tawar yang tinggi. Wah...wah...

Dasar cowo, mau berlabel ikhwan gimana juga, tetap punya sisi kemanusiawian. Tapi setelah tiga pelajaran moral di atas, masih ada dua pelajaran lagi.

Pelajaran moral nomor 4... Ikhwan juga manusia, dan akhwat... juga sama. Sesama manusia harus saling ‘memanusiawikan’.

Pelajaran moral nomor 5... Tidak semua pelajaran moral di atas harus Anda setujui ^_^

2 komentar:

  1. cerita yg menarik...

    satu hal yg perlu kubilang, "ngupiiiing!!!"
    *canda

    hehehehe masih inget aja tuh cerita udah setaon lewat kan wee... berkesan banget yah pastinya sampe ditulis panjanggggggg... ^^



    pelajaran moralnya boleh juga.
    sedikit komen, kalo soal menilai 'cakep', cewe pun gitu kok. sama aja. ask to your heart... ceileh...

    sama juga cewek2 yg suka ngebahas cowok. *lohh kok buka rahasia...

    satu banding satu lah... hanya untuk hal2 tertentu jelas beda...

    mau seperti apapun cowo itu, he's only human like what u said.

    ^^

    BalasHapus
  2. Nguping?? Hmm... gmn yah, emang orangnya yang minta didenger kok, hehe..

    Masih inget?? Iya tuh, cz aq tipe2 yg biasanya inget tiap detil kejadian dalam hidupku. Cieee...

    Ask 2 my heart? Iya jg yah, hehe... Tapi kalo cowonya baek tiba2 jadi tambah cakep degh Sep ^_^

    Waaah, ketahuan... Septi suka ngomongin cowo yah :-P

    BalasHapus