Rabu, 21 Januari 2009

-4- Kontes Waria

"Eh, 17-an nanti bakal ada kontes waria loh", kata salah seorang mitra kerjaku yang juga penduduk lokal. Wauw... aku tertarik ingin melihat komunitas para waria yang katanya banyak beredar di sekitar Lebong dan Rejang Lebong sini. Sebanyak itukah jumlah mereka sampai-sampai dirasa perlu diadakan kontes. Jujur, aku penasaran. Selama aku berada di sini, aku baru bertemu dan bertatap muka langsung dengan satu waria saja.

Peringatan 17 Agustus dipusatkan di Lapangan Hatta. Berbagai macam kegiatan diadakan, mulai dari pameran pembangunan sampai baris-berbaris. Muara Aman benar-benar meriah.

Suatu malam, beberapa hari sebelum tanggal 17 Agustus, aku dan seorang teman (yang juga pendatang) kebetulan keluar mencari logistik alias makan malam. Gerimis menghiasi malam itu, dingin, enaknya makan bakso neh. Sebelum ke kedai bakso, iseng kami mampir ke Lapangan Hatta, melihat-lihat kegiatan. Ternyata malam itu diadakan kontes waria. Hmm, kebetulan sekali.

Terlihat seorang Bapak sedang memberi sambutan sekaligus membuka acara. Aku tidak tahu siapa Bapak tersebut. Aku hanya mendengar sedikit isi dari sambutan Si Bapak, yang intinya begini: "Para waria adalah saudara kita juga. Jangan jauhi mereka, dukung mereka, fasilitasi mereka, dan bla bla bla..." Batinku berontak, tapi aku hanya bisa beristighfar sambil berpikir bahwa terdapat unsur eksploitasi disini.

Setelah sambutan selesai, kontes dimulai. Oooh, ternyata para wanita aneh yang sejak tadi duduk di atas panggung dengan kostumnya yang 'wah' adalah para waria peserta kontes. Tadinya aku sudah curiga karena beberapa wanita tersebut masih terlihat berwajah pria. Tapi, tidak sedikit yang benar-benar bergaya wanita. Bahkan... ada waria yang mengenakan jilbab. Astaghfirullahaladzim... Sejenak aku bingung, dunia seperti apa yang sedang aku pijak saat ini. Aku merasa keberadaanku di sini adalah salah.

Aku masih berdiri ditempatku dengan pikiran yang telah melanglang buana kemana-mana. Seorang waria mengenakan atasan berupa kemben yang dipadukan dengan bawahan panjang tapi dengan belahan yang tinggi pada paha. Benar-benar seksi. Penonton bersorak-sorai menggoda kontestan. Aku jijik. Kontestan lain bergaya layaknya penyanyi dangdut dengan goyangannya yang meliuk-liuk. Suasana tambah ramai. Dan kontestan yang berjilbab berusaha berjalan di atas pentas dengan anggun. Kepalaku semakin sakit. Di saat ada pria yang ingin menjadi wanita yang menutup auratnya, masih banyak wanita yang sama sekali tidak tergerak untuk menjaga auratnya. Aku tidak tahan lagi. Aku merasa sangat berdosa berada di antara para penonton. Segera kuajak temanku pulang.

Beberapa hari kemudian, aku bercerita pada rekan-rekan di kantor tentang kontes waria yang aku lihat malam itu. Lalu salah satu rekan berkomentar, "Kenapa kamu nonton... Kalo gitu berarti kamu mendukung dunk..."

Rasa berdosaku semakin menjadi-jadi *_*

4 komentar:

  1. kadang-kadang rasa penasaran yang besar membuat kita jadi irrasional, namun manakala kesadaran itu muncul, mual di perut seketika hadir begitu saja...

    BalasHapus
  2. Itulah manusia... seringan gak sadar daripada sadar. Makanya penyesalan selalu datang belakangan...

    BalasHapus
  3. waaa....saya tertarik nih, mo tau lebih banyak tentang waria di rejang lebong...bagi infonya donk....

    BalasHapus
  4. Anonymous sp?? Perkenalan pliz...

    BalasHapus